Hal itu disampaikan pengamat politik Adi Prayitno saat acara diskusi bertajuk "Analisis Hasil Survei: Mengapa Bisa Beda?", di Upnormal Coffee, Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (26/3/2019).
"Kampanye terbuka ini merupakan salah satu instrumen yang bisa dikapitalisasi oleh masing-masing kandidat untuk menambah elektoral, terutama untuk menyasar swing voters yang di angka 11 persen hingga 17 persen," kata Adi.
Kendati demikian, ia berpandangan bahwa kampanye terbuka kerap disalahartikan hanya sebagai iring-iringan atau mobilisasi massa dalam jumlah hingga ribuan orang.
Menurutnya, cara tersebut tidak efektif untuk menggaet suara swing voters.
"Dalam praktik, orang yang mau arak-arakan, konvoi massa, mendatangi satu titik kumpul, ini adalah loyal voters, masa fanatik yang memang iman politiknya kuat," ungkapnya.
Di sisi lain, swing voters memiliki karakteristik untuk menunggu didatangi oleh tim sukses dari paslon. Mereka menunggu untuk dijelaskan mengenai visi misi serta gagasan paslon.
Oleh karena itu, cara yang dinilainya tepat adalah dengan kampanye door to door.
Melalui pengenalan kedua paslon secara langsung, masyarakat sekaligus diajak ikut ambil bagian dari kegiatan politik tersebut.
"Profiling Jokowi dan Prabowo diperkenalkan secara langsung dan mengajak rakyat ini sebagai bagian dari politik, dan bukan hanya jadi objek kepentingan mereka," ujar dia.
https://nasional.kompas.com/read/2019/03/26/21040261/metode-door-to-door-dinilai-paling-tepat-untuk-gaet-swing-voters-di-masa