Hal tersebut berdasarkan hasil survei internal BPN.
Imelda menyebut, pasangan rival Joko Widodo-Ma'ruf Amin memang masih unggul.
Namun ia meyakini dalam sisa waktu kampanye yang kurang dari satu bulan ini, Prabowo-Sandi bisa menyalip elektabilitas petahana.
"Kalau dari posisi survei yang kita lihat memang cukup ketat angkanya. Selisihnya cukup kecil. Kalau survei Litbang Kompas (selisihnya) 11 persen, kami di bawah 10 persen," kata Imelda dalam diskusi 'mengukur berbagai hasil survei' di Jakarta, Rabu (20/3/2019).
Imelda menanggapi survei Litbang Kompas pada 22 Februari-5 Maret 2019 yang menunjukkan penurunan elektabilitas pasangan Jokowi-Ma'ruf dan kenaikan elektabilitas Prabowo-Sandi.
Elektabilitas Jokowi-Ma'ruf turun 3,4 persen, dari 52,6 persen di Oktober 2018 menjadi 49,2 persen.
Di sisi lain, Prabowo-Sandi mengalami kenaikan 4,7 persen, dari 32,7 persen menjadi 37,4 persen. Selisih suara antara kedua pasangan menyempit menjadi 11,8 persen.
Imelda mengaku pihaknya akan menjadikan survei Litbang Kompas tersebut sebagai masukan. Namun, BPN tetap akan menjadikan survei internal sebagai rujukan utama.
"Dengan adanya survei yang terakhir dari Kompas ini, tentu apa yang kita lihat dari survei Kompas ini bisa kita jadikan rujukan untuk memotret pada awal Maret," ujar Imelda.
Imelda menilai bisa jadi saat ini elektabilitas Prabowo-Sandi sudah jauh lebih meningkat dibandingkan dengan yang terpotret dari survei Litbang Kompas.
Sebab, survei Litbang Kompas dilakukan pada akhir Februari hingga awal Maret.
Banyak peristiwa yang tak terekam dalam survei, seperti tertangkapnya Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Romahurmuziy hingga debat pilpres ketiga antara Ma'ruf Amin dan Sandiaga.
https://nasional.kompas.com/read/2019/03/21/07445471/survei-internal-bpn-jokowi-masih-unggul-tapi-tak-sampai-10-persen