Dua faktor tersebut adalah argumentasi rasional dan daya tarik personal dari kandidat capres cawapres.
"Ada dua faktor, namun porsinya lebih besar disebabkan karena argumentasi rasional para kandidat. Rasionalitas jawaban kandidat yang membuat mereka pindah atau menjatuhkan pilihan," kata Ubedilah kepada Kompas.com, Jumat (11/1/2019).
Ubedilah mengatakan, argumentasi rasional tersebut terjadi ketika kandidat menyampaikan keunggulan program yang mereka miliki.
Program-program itulah yang kemudian diuji dalam perdebatan dan diterima oleh kelompok swing voter dan undecided voter.
Dalam debat nanti, menurut dia, kandidat petahana, yaitu pasangan Jokowi-Ma'ruf dinilai akan lebih banyak mendapatkan keuntungan.
Pasalnya, Jokowi memiliki data yang lengkap tentang keberhasilan yang ia capai selama menjadi presiden.
"Jokowi memiliki data dan kerja konkret selama ia jadi presiden. Nah, bahan-bahan itulah yang menjadi dasar mendukung argumentasinya," ujar Ubedilah.
Di sisi lain, lanjut dia, pihak Prabowo-Sandi juga memiliki argumentasi rasional jika mampu mematahkan argumen dari kerja konkret yang sudah dilakukan petahana.
"Celah Prabowo-Sandi adalah dengan mematahkan data-data yang disampaikan Jokowi," kata dia.
Faktor lainnya, daya tarik personal kedua kandidat. Menurut Ubedilah, swing voter dan undecided voter akan menilai bagaimana kedua kandidat menampilkan gagasan yang mereka miliki, menjawab pertanyaan dari moderator, menampilkan ekspresi yang menarik, dan membangun empati kepada publik.
"Jadi ini lebih ke personal kedua kandidat. Hal ini memberi efek namun dampaknya tidak sebesar argumentasi rasional tersebut," ujar Ubedilah.
https://nasional.kompas.com/read/2019/01/11/11405311/sejauh-mana-debat-pengaruhi-pemilih-yang-belum-menentukan-pilihan