Hal itu kemudian mengingatkan dirinya akan kepemimpinan Gus Dur.
"Yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan. Tahun ini tahun politik dan makin banyak tantangan," kata Alissa saat memberikan sambutan dalam acara Haul ke-9 Gus Dur, di Jalan Warung Sila, Ciganjur, Jakarta Selatan, Jumat (21/12/2018).
Menurut dia, pada tahun politik ini, jejak kepemimpinan Gus Dur menjadi kajian yang menarik untuk kembali diingat.
"Kita butuh politik kemanusiaan. Di sanalah jejak Gus Dur ditemukan setelah Beliau menjabat sebagai presiden," kata dia.
Alissa kemudian menceritakan sejumlah peristiwa tentang kepemimpinan Gus Dur yang menjadi contoh dari politik yang memiliki nilai kemanusiaan.
"Setelah tidak menjabat lagi sebagai presiden, Beliau berkunjung ke Timor Timur. Saat di sana, masyarakat masih marah, tetapi Gus Dur kemudian meminta maaf atas peristiwa yang membuat rakyat menjadi korban," kata Alissa.
Lainnya, kala Gus Dur membebaskan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Malaysia, Siti Zaenab, dari hukuman mati tahun 1999.
"Saat itu, Gus Dur sedang sering bolak-balik ke rumah sakit. Tapi dia masih memperjuangkan seorang buruh dari hukuman mati," ujar dia.
Lebih jauh, Alissa mengisahkan, ketika ada masyarakat adat dan orang rimba di hutan yang terancam tergusur, Gus Dur mengambil sikap dengan mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres).
"Keppres itu akhirnya melindungi orang-orang rimba yang hidup di sana. Hal itu dilakukan karena mereka kan hidupnya berpindah-pindah," kisah Alissa.
"Selain itu, saat Gus Dur juga menjadikan tahun baru Cina sebagai hari libur nasional, warga-warga keturunan Tionghoa kembali ke Indonesia," lanjut dia.
Dari contoh itulah, kata Alissa, seorang pemimpin sejatinya bertugas untuk melayani rakyat, bukan sebaliknya.
https://nasional.kompas.com/read/2018/12/21/23362881/alissa-wahid-yang-lebih-penting-dari-politik-adalah-kemanusiaan