Hal itu diungkapkan Tito menanggapi rencana penempatan 25 armada baru milik Korps Kepolisian Perairan dan Udara (Korpolairud) Badan Pemeliharaan Keamanan (Baharkam) Polri, Senin (3/11/2018).
"Kita rencanakan memang ada pangkalan gerak," ujarnya sesuai acara peresmian sekaligus peringatan HUT Korpolairud ke-68, di Markas Korpolairud, Jakarta Utara, Senin.
Ia menjelaskan, selama ini armada tersebut baru dikirim setelah ada kejadian atau ke titik-titik yang dianggap rawan untuk BKO (bawah kendali operasi).
Misalnya, mereka mengirim personel dan logistik ke daerah terdampak bencana seperti Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah dan Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Kemudian, Tito menuturkan, ada pula jajarannya yang dikirim ke daerah rawan penyelundupan seperti Kalimantan Utara dan daerah rawan masuknya teroris misalnya Manado, Sulawesi Utara.
Namun, dengan cara seperti itu, salah satu resikonya adalah lamanya waktu tempuh untuk menuju lokasi. Hal itu tentu berbahaya, terutama jika kejadiannya berstatus darurat seperti bencana.
Sebaliknya, dengan pangkalan gerak, mobilisasi armada akan menjadi lebih mudah dan mempersingkat waktu tempuh.
"Jadi kalau ada kejadian di Sulawesi Tengah, yang terdekat pangkalan di situ, jadi tidak perlu di-deploy dari Jakarta menuju Sulawesi Tengah. Di sananya sudah kisruh, perlu waktu berapa hari ke sana. Kalau pangkalannya ada di sana, ada di Balikpapan misalnya, kan cepat," jelas dia.
https://nasional.kompas.com/read/2018/12/03/14393411/kapolri-berencana-bangun-pangkalan-gerak-untuk-25-armada-baru-korpolairud