Hal itu disampaikan Meutya dalam diskusi "Arah Kebijakan Luar Negeri dan Pertahanan Indonesia 2019-2024", di Kantor Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Jakarta, Rabu (21/11/2018).
"Pak Jokowi akan tetap melanjutkan hubungan dengan China. Meskipun di-bully juga kami setiap kalau Pak Jokowi berangkat ke China. Tapi itu akan terus dilanjutkan dalam pemerintahan Pak Jokowi dan Pak Ma'ruf Amin," kata Meutya.
Ia menyadari saat ini China sedang menjalankan ekspansi ekonomi politiknya ke berbagai penjuru dunia dengan kebijakan One Belt One Road (OBOR).
Kebijakan itu mewujud pada pembangunan infrastruktur yang menjadikan China sebagai mitra utama beberapa negara di dunia.
Namun, menurut Meutya, kerja sama dengan China harus tetap dilanjutkan karena memiliki dampak positif dalam bidang ekonomi.
Meski demikian, Meutya mengatakan, jika terpilih, pemerintahan Jokowi-Ma'ruf tetap mengedepankan politik luar negeri bebas aktif.
Oleh karena itu, untuk menghindari intervensi China dalam kebijakan ekonomi politik nasional, Jokowi juga membangun hubungan baik dengan Amerika Serikat (AS) dengan bergabung dalam Indo Pasifik yang digagas AS.
Dengan demikian, kedua negara akan melihat Indonesia sebagai mitra kerja sama yang strategis, bukan objek kebijakan politik luar negeri mereka.
"Jadi OBOR juga, Indo Pasifik juga. Tidak hanya kemudian kita ikut OBOR. Bagaimana kita masuk OBOR tapi tidak digunakan China? Maka dua-duanya (OBOR dan Indo Pasifik) harus berjalan bersamaan," ujar Meutya.
"Kalau AS kan minta leading-nya AS. Indonesia oke masuk dalam Asia Pasifik tapi ASEAN harus menjadi leading-nya. Bukan kemudian kita Ikut dalam skema mereka dan menjadi bagian dari mereka. Indonesia harus leading karena kita yang punya selat, kita yang punya jalur," lanjut dia.
https://nasional.kompas.com/read/2018/11/21/15355571/kata-timses-jokowi-maruf-akan-lanjutkan-kerja-sama-dengan-china