Salin Artikel

Cerita Caleg: Strategi Petahana Jaga Jaringan dan Dukungan

Dapil ini mencakup Kota Padang, Kota Padang Panjang, Kota Sawahlunto, Kota Solok, Kabupaten Solok, Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Sijunjung.

Kemudian Kabupaten Dharmasraya, Kabupaten Pesisir Selatan dan Kabupaten Kepulauan Mentawai.

Kepada Kompas.com, Alex mengatakan, persaingan partai politik di Sumatera Barat cukup berat.

Sepanjang sepengetahuannya, belum pernah ada partai politik yang menang berturut-turut di Sumatera Barat saat pemilu.

"Dari sisi sejarahnya seperti itu, kalau dari sisi sejarah PDI-P, dari tahun 1955 itu enggak pernah partai nasionalis bisa menang pemilu di sana," kata Alex, Rabu (7/11/2018).

Alex mengungkapkan, diperlukan strategi yang tepat untuk menghadapi situasi seperti itu.

Ia mengaku harus melihat dengan jeli mana pemilih yang merupakan basis partai dan mana yang tidak.

"Karena kami sudah memahami kultur dan sejarah PDI-P di Sumatera Barat bahwa tentu melakukan pemetaan yang kuat, sehingga energinya bisa tersalurkan pada tempat yang tepat, kan begitu," kata dia.

Meski demikian, Alex mengaku tak ada strategi khusus dalam meraih simpati pemilih.

Alex optimistis kiprahnya sebagai anggota Komisi V DPR saat ini masih bisa menarik dukungan dari calon pemilih.

"Sebagai incumbent, berarti saya sudah selama ini melaksanakan tugas menaungi aspirasi mereka. Tinggal kepada masyarakat saja nanti menilai apakah memang masih bermanfaat atau tidak, kan begitu," kata dia.

Alex mengatakan, saat ini fokus mempererat hubungannya dengan para calon pemilih dan jaringan pendukungnya di dapil tersebut.

"Menyambangi mereka lagi lah, masyarakat yang selama ini aspirasinya sudah saya perjuangkan, kalau memang masih bermanfaat ya mohon doa, mohon dibantu. Kalau tidak bermanfaat ya lupakan saja," kata dia.

Biaya kampanye lebih murah

Saat ditanya soal biaya kampanye caleg, Alex enggan menjawab spesifik jumlah uang yang ia keluarkan.

Sebagai caleg petahana, menurut dia, pembiayaan menjadi lebih murah dibandingkan caleg-caleg yang baru mencalonkan diri.

"Sebagai caleg incumbent saya rasa biayanya cukup murah karena kan selama ini kan sudah berbuat untuk masyarakat. Ya pokoknya sesuai kebutuhan yang kami petakan, tinggal menghitung aja lah kalau memang cukup ya kami ikhlas. Kalau enggak cukup ya lupain aja," kata Alex.

Menurut dia, pos pembiayaan terbesar adalah untuk produksi atribut dan memelihara jaringan pendukung.

Bagi pria kelahiran 31 Desember 1970 ini, atribut berupa kaus, kalender, hingga spanduk masih dibutuhkan sebagai alat perkenalan ke calon pemilih.

Selain itu, memelihara jaringan pendukung juga dinilainya penting. Meski caleg petahana, Alex merasa tak cukup mengandalkan seorang diri untuk bertemu banyak calon pemilih.

Menurut dia, jaringan pendukung juga berperan strategis memperkuat sosialisasi pencalonannya.

"Kan caleg itu door to door. Tidak mungkin dilakukan oleh seorang calon anggota DPR RI saja. Otomatis kan akan membentuk jaringan. Nah membiayai jaringan ini kan butuh biaya yang besar," kata dia.

Persaingan

Alex mengaku persaingan di dapilnya berat. Setiap dapil pasti memiliki tantangan tersendiri bagi setiap caleg.

"Enggak ada dapil yang gampang, baik itu persaingan dengan partai lain, maupun kemudian kalau misal daerah bukan basis PDI-P kan yang berat melawan partai lain. Tapi juga beratnya persaingan pasti dengan caleg yang ada di partai sendiri kan," kata Alex.

"Jadi ya sama aja itu wilayah pertempuran," lanjut dia.

https://nasional.kompas.com/read/2018/11/08/07064891/cerita-caleg-strategi-petahana-jaga-jaringan-dan-dukungan

Terkini Lainnya

 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke