Ia juga meminta masyarakat dapat mengenali ciri-ciri berita bohong agar tidak mudah percaya.
"Meminta masyarakat untuk mengenali ciri-ciri hoaks. Ciri-ciri itu, pertama, dia meramalkan akan ada terjadi gempa besar, akan ada tsunami, tanda itu berita bohong, tidak boleh diteruskan," kata Daryono dalam sebuah diskusi di kantor Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kamis (4/10/2018).
Selain itu, untuk mengetahui sebuah informasi sebagai berita benar atau bohong, masyarakat bisa mengecek institusi atau lembaga yang bertanggung jawab dalam informasi tersebut.
"Apakah ada nomor kontaknya atau tidak. Kalau enggak ada, itu jelas hoaks," ujar Sutopo.
Masyarakat diminta untuk berhati-hati, karena bisa jadi setelah menerima berita bohong dan menyebarkan, maka pihak yang ikut menyebarkan hoaks itu disebut sebagai agen penyebar hoaks.
Ia meminta masyarakat untuk memutus penyebaran rantai berita bohong, namun tetap waspada terhadap segala kemungkinan yang muncul dalam penanganan sebuah bencana.
"Mohon jadi agen pemutus hoaks karena amat meresahkan. Waspada tetap dijaga," tuturnya.
Sejak gempa bermagnitudo 7,4 dan tsunami melanda Sulawesi Tengah, Jumat (28/9/2018), banyak berita bohong yang beredar seputar gempa dan tsunami.
Akibat bencana tersebut, tercatat 1.424 orang meninggal dunia.
Selain itu, terdapat 2.549 korban luka berat sampai saat ini masih dirawat di rumah sakit, baik di Palu maupun di luar Palu. Adapun korban hilang mencapai 113 orang.
Sutopo mengatakan, proses evakuasi dan pencarian masih terus dilakukan. Bantuan juga terus disalurkan untuk 70.821 pengungsi yang tersebar di 141 titik.
https://nasional.kompas.com/read/2018/10/04/16451541/bmkg-mohon-jadi-agen-pemutus-hoaks-bencana