Pengungsi kebanyakan adalah mereka yang rumahnya hancur karena guncangan gempa, atau rata dengan tanah akibat tsunami. Selain itu, ada pula pengungsi yang masih trauma dengan gempa susulan, sehingga memilih untuk tinggal di luar rumah.
"Setiap titik (jumlah pengungsi) bervariasi, ada yang 13 orang ada yang sampai 10.086 orang," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho, di kantor BNPB, Utan Kayu, Jakarta Timur, Selasa (2/10/2018).
Sejumlah tempat pengungsian didirikan di lapangan terbuka, sebagian di halaman kantor, dan sebagian lagi di masjid.
Sutopo mengatakan, belum semua pengungsi mendapatkan penanganan kebutuhan dasar yang mencukupi.
Hal ini disebabkan karena keterbatasan logistik, serta kurangnya bahan bakar minyak untuk menyalurkan bantuan kebutuhan dasar.
"Seperti tenda, itu butuh banyak, selimut, matras, makanan, minuman, pelayanan kesehatan, air bersih, sanitasi, MCK, trauma healing, dan lainnya masih diperlukan," ujar Sutopo.
Menurut data yang dirilis BNPB, hingga Selasa (2/10/2018) pukul 13.00 WIB, tercatat 1.234 orang meninggal dunia alibat gempa dan tsunami di Kota Palu dan Donggala.
Selain itu, sebanyak 799 orang mengalami luka berat, dan 99 orang dilaporkan hilang.
https://nasional.kompas.com/read/2018/10/02/15534351/kebutuhan-dasar-untuk-61867-pengungsi-di-palu-donggala-belum-terpenuhi