Salin Artikel

Rifat Sungkar: "Human Error" Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas Tertinggi

Rifat yang juga pereli nasional ini mengatakan, perilaku pengemudi yang berkeselamatan merupakan faktor terpenting keselamatan di jalan raya. Ini karena pengemudi merupakan pelaku yang paling menentukan keselamatan berkendara di jalan.

Untuk itu, menurut Rifat, keselamatan berkendara haruslah dimulai dari diri sendiri. Hal ini sesuai dengan 5 pilar peningkatan keselamatan lalu lintas angkutan jalan.

Adapun 5 pilar tersebut terdiri dari, peningkatan management keselamatan lalu lintas jalan (safer management), peningkatan jalan yang berkeselamatan (safer road) dan peningkatan kendaraan yang berkeselamatan (safer vehicle).

Lalu peningkatan perilaku pengguna jalan berkeselamatan (safer people) dan peningkatan perawatan paska kecelakaan lalu lintas (post crash).

“Dari 5 pilar itu yang paling penting itu adalah safer people. Mau se-safety apa pun kendaraannya tetapi jika pengemudinya tidak mau mengikuti aturan, maka kecelakaan berisiko terjadi,” ungkap Rifat dalam rilis yang Kompas.com terima Jumat (28/9/2018).

Apalagi kini seiring dengan perkembangan zaman, lanjut Rifat, banyak perusahaan manufaktur kendaraan berlomba- lomba memberikan fitur keselamatan terbaik pada kendaraan produksinya. Tujuannya supaya bisa meminimalisir resiko kecelakaan di jalan raya.

Untuk itu, Rifat meminta semua pihak agar mulai berani memperbaiki mentalitas demi generasi masa depan yang lebih baik. Dengan begitu, bukan hanya persoalan kinerja dan prestasi bangsa saja yang lebih baik, suasana berlalu lintas juga menjadi lebih nyaman dan selamat.

“Maka dari itu, toleransi umat berlalu lintas itu penting. Toleransi di sini maksudnya lebih peduli kepada sesama pengguna jalan, serta mengetahui akibat dari perbuatan kita yang lalai dalam mengikuti aturan di jalan,” kata dia.

Lebih lanjut, Rifat mengatakan  toleransi berlalu lintas lebih diperlukan daripada menunggu pemerintah membangun jalan untuk mendapatkan fasilitas yang lebih baik. Untuk itu, bagi yang belum bertoleransi, segeralah perbaiki toleransi berlalu lintas dan juga skill mengemudi untuk menciptakan suasana berkendara yang lebih baik.

Rifat kemudian menegaskan bahwa pengemudi kendaraan dituntut pula untuk sadar dan bisa me-manage waktunya dengan baik dan bertanggungjawab. Ini perlu agar pengemudi tidak memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi karena tertekan untuk cepat sampai di tempat tujuan.

“Dengan adanya kesadaran ini maka tekanan di jalan akan berkurang. Dengan tekanan psikologis berkurang, maka berkurang juga resiko terjadinya kecelakaan di jalan,” ucapnya.

Usia produktif sering kecelakaan

Rifat yang juga berprofesi sebagai driving school ini kemudian mengungkap bahwa pelaku kecelakaan lalu lintas sering terjadi pada pengemudi berusia produktif (17-35 tahun).

Kata dia, hal ini pun sebenarnya bisa diminimalisir dengan melakukan perubahan mental bangsa dimulai dari generasi muda dengan usia belia.

Perubahan mental di generasi ini perlu dilakukan karena biasanya pada usia mudalah mereka memiliki mental state tidak mau kalah, cepat emosi dan  ingin menjadi yang terbaik di antara teman-temannya.

Lebih dari itu, Rigat mengatakan, kadang anak muda juga sering salah persepsi dari keinginan untuk jadi yang terbaik. Contohnya di jalan, mereka sering ingin balap-balap karena ini menjadi yang terbaik atau tercepat sampai ke tempat tujuan.

“Padahal menjadi terbaik di jalan raya tidak mendapatkan piala. Namun bila mereka menjadi yang terbaik atau panutan dalam keselamatan berkendara, barulah itu benar-benar adalah juara dalam hal keselamatan berkendara,” ungkapnya.

Menurut Rifat, banyak orangtua  melakukan itu karena tidak mau repot mengantar anaknya ke sekolah. Padahal, seharusnya orangtua baru boleh memberikan kendaraan bermotor kepada anaknya di usia 17 tahun, umur saat mereka sudah bisa membuat Surat Ijin Mengemudi (SIM).

“Kenapa SIM baru bisa didapatkan di usia 17 tahun? Ini karena pada usia itu pola pikir mereka sudah menuju dewasa. Dewasa dalam arti bisa bersikap dan menentukan yang terbaik untuk apa yang akan mereka lakukan,” katanya.

Untuk itu, lanjut Rifat, memberikan anak SMP kendaraan sama saja memberikan tools kepada mereka untuk bunuh diri. Orangtua pun harus ingat dan tahu akan hal ini.

Rifat juga berbicara tentang fenomena balap liaryang masih terjadi di beberapa tempat di ibu kota. Untuk mengatasi itu, baik pemerintah pusat dan pemerintah daerah sebaiknya memberikan solusi.

Solusi yang dimaksud adalah dengan membangun fasilitas untuk anak muda yang mencintai dunia balap. Dengan demikian mereka memiliki tempat untuk menyalurkan minatnya.

“Yang saya bicarakan di sini fasilitas balap, bukan masalah MotoGP , masalah track balap Formula1 dan lain-lain, bukan itu. Sekarang kita realistis aja, yang paling ramai di jalan itu adalah drag bike atau tarik tarikan di jalan. Untuk itu kita perlu satu buah sirkuit lebar 10 meter dan panjang 1,5 km untuk bisa menyalurkan inspirasi mereka,“ terangnya.

Sebagai seorang pembalap nasional, Rifat tahu benar betapa pentingnya keselamatan. Banyak orang yang berpikir bahwa menjadi pebalap itu pasti berbahaya dan penuh risiko.

Justru karena sudah menyadari resikonya, maka untuk mengantisipasi itu seorang pebalap akan menggunakan safety device yang mumpuni, seperti baju balap, sepatu balap, sarung tangan, helm, hand and neck support dan lain-lain.
“Justru karena saya seorang pebalap, maka saya selalu prepare. Nah bila kita di jalan raya, risiko yang kita hadapi justru lebih besar karena tidak prepare dengan baik seperti ketika membalap,” ujar Rifat. 

“Karena balapan, sekencang apapun, arahnya semuanya pasti sama. Sementara itu, di jalan raya arahnya beragam, jadi kita harus bisa antisipasi resiko ketika berada di jalan raya,” pungkasnya.

Penghargaan Abdi Yasa teladan

Berangkat dari begitu pentingnya peran pengemudi dalam keselamatan berkendara, Direktorat Jenderal (Dirjen) Perhubungan Darat (Hubdat) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) pun menggelar acara penghargaan pengemudi teladan atau Penghargaan Abdi Yasa Teladan.

Acara rutin tahunan ini merupakan bentuk apresiasi Dirjen Hudat Kemenhub terhadap awak kendaraan angkutan umum yang ikut berperan dalam meningkatkan keselamatan dan pelayanan jasa yang optimal.

Para penerima penghargaan ini diharapkan dapat menjadi panutan dan teladan dalam berkendara. Sebagai informasi, pada 2018 Penghargaan Abdi Yasa Teladan ini diikuti oleh 52 pengemudi angkutan umum dari 25 propinsi.

Selain mengadakan acara tersebut, Kemenhub melalui Direktorat Pembinaan Keselamatan, Direktorat Perhubungan Darat juga punya beberapa aturan untuk meningkatkan keselamatan di jalan.

Salah satunya adalah ketentuan ODOL (Over Dimension and Over Loading) bagi angkutan barang. Melalui aturan ini Direktorat Pembinaan Keselamatan, Direktorat Perhubungan Darat tak segan-segan memberikan sanksi tegas untuk kendaraan angkutan barang yang melanggar ketentuan ODOL.

Terkait ODOL ini, Rifat Sungkar kemudian mengapresiasinya karena bisa meminimalisir angka kecelakaan lalu lintas.

Buka Pemilihan Abdiyasa Teladan

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Buka Pemilihan Abdiyasa Teladan, Risal Ingin Peserta Jadi Teladan", https://nasional.kompas.com/read/2018/09/28/13020091/buka-pemilihan-abdiyasa-teladan-risal-ingin-peserta-jadi-teladan

Editor : Mikhael Gewati

https://nasional.kompas.com/read/2018/10/01/13083091/rifat-sungkar-human-error-penyebab-kecelakaan-lalu-lintas-tertinggi

Terkini Lainnya

Tanggal 14 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 14 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Soal Prabowo Tak Ingin Diganggu Pemerintahannya, Zulhas: Beliau Prioritaskan Bangsa

Soal Prabowo Tak Ingin Diganggu Pemerintahannya, Zulhas: Beliau Prioritaskan Bangsa

Nasional
Kemendesa PDTT Apresiasi Konsistensi Pertamina Dukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Wilayah Transmigrasi

Kemendesa PDTT Apresiasi Konsistensi Pertamina Dukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Wilayah Transmigrasi

Nasional
Pospek Kinerja Membaik, Bank Mandiri Raih Peringkat AAA dengan Outlook Stabil dari Fitch Ratings

Pospek Kinerja Membaik, Bank Mandiri Raih Peringkat AAA dengan Outlook Stabil dari Fitch Ratings

Nasional
Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem 'Mualaf Oposisi'

Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem "Mualaf Oposisi"

Nasional
Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi 'King Maker'

Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi "King Maker"

Nasional
Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

Nasional
Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

Nasional
Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

Nasional
Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa ke Palestina di Sidang PBB

Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa ke Palestina di Sidang PBB

Nasional
Beban Melonjak, KPU Libatkan PPK dan PPS Verifikasi Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai

Beban Melonjak, KPU Libatkan PPK dan PPS Verifikasi Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai

Nasional
Peran Kritis Bea Cukai dalam Mendukung Kesejahteraan Ekonomi Negara

Peran Kritis Bea Cukai dalam Mendukung Kesejahteraan Ekonomi Negara

Nasional
Refly Harun Ungkap Bendera Nasdem Hampir Diturunkan Relawan Amin Setelah Paloh Ucapkan Selamat ke Prabowo

Refly Harun Ungkap Bendera Nasdem Hampir Diturunkan Relawan Amin Setelah Paloh Ucapkan Selamat ke Prabowo

Nasional
UU Pilkada Tak Izinkan Eks Gubernur Jadi Cawagub, Wacana Duet Anies-Ahok Buyar

UU Pilkada Tak Izinkan Eks Gubernur Jadi Cawagub, Wacana Duet Anies-Ahok Buyar

Nasional
Jemaah Haji Tak Punya 'Smart Card' Terancam Deportasi dan Denda

Jemaah Haji Tak Punya "Smart Card" Terancam Deportasi dan Denda

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke