Program vaksin MR fase kedua sekaligus dijadwalkan berakhir pada Agustus hingga September 2018 di pulau-pulau luar Jawa.
Sementara, hingga 17 September 2018, capaian imunisasi MR secara nasional baru mencapai 49,07 persen.
"Tentu kami akan tetap melanjutkan untuk memberi imunisasi sampai target tercapai," kata Nila saat diskusi Forum Merdeka Barat, di Gedung Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta Pusat, Selasa (18/9/2018).
Salah satu faktor penghambat menurut Nila adalah polemik ketidakhalalan vaksin MR yang menimbulkan penolakan di beberapa daerah.
Penolakan terus berlanjut meski Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah mengeluarkan fatwa yang memperbolehkan vaksin itu dengan alasan keterpaksaan.
Oleh sebab itu, ke depannya Nila berharap, semua pihak dapat mengubah pandangannya terhadap vaksin ini.
Ia ingin publik menyadari betapa berbahayanya dampak campak dan rubella sehingga diharapkan turut berpartisipasi melakukan vaksin.
"Tentu harapan kami jika ini sudah dapat diatasi, dimengerti, dan disadari oleh masyarakat," ujarnya.
Proses vaksin tersebut dibagi ke dalam dua fase. Fase pertama telah dilakukan pada Agustus hingga September 2017 di enam provinsi di Pulau Jawa.
Fase ini dinilai sukses dengan tingkat cakupan mencapai 100,98 persen. Jumlah anak yang mendapat vaksin tersebut sebanyak 34,9 juta anak, usia 9 bulan hingga 15 tahun.
Sementara fase kedua dijadwalkan pada Agustus sampai September 2018. Kali ini, program akan dilangsungkan pada 28 provinsi di luar Pulau Jawa dengan jumlah 31,9 juta anak.
Program pada fase kedua masih terus diselenggarakan dan jumlah cakupannya belum memuaskan.
Hanya ada satu provinsi yang memenuhi target, yaitu Papua Barat. Sementara provinsi dengan capaian terendah berdasarkan data dari Kemenkes hingga 12 September 2018 adalah Aceh, dengan 4,94 persen.
https://nasional.kompas.com/read/2018/09/19/07343291/capaian-baru-49-persen-program-vaksin-mr-fase-kedua-dilanjutkan