Menurut dia, Idul Kurban bukan hanya seremoni solidaritas sesama umat manusia, tetapi juga melambangkan keharusan manusia untuk mampu menyembelih nafsu kebinatangan yang ada dalam diri.
Sehingga, dari situ, setiap muslim bisa menjadi pribadi yang humanis, saleh, dan taqwa.
"Sifat-sifat binatang inilah yang harus kita sembelih atau kita buang jauh-jauh. Sifat licik, amarah, dan berperilaku buas terhadap sesama dalam memenuhi ambisi," kata Basarah di kantor DPP PDI-P, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Rabu (22/8/2018).
Jika nafsu dengki, amarah, dan buas tersebut tidak disembelih, kata Basarah, maka tidak mustahil kekacauan dan eksploitasi manusia terhadap manusia lainnya akan terus berlangsung.
Hal ini suatu waktu dapat menimbulkan kekacauan bangsa atau masyarakat dunia.
Menurut Basarah, semangat berkurban juga bisa diterapkan dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara.
Setiap komponen bangsa harus mengorbankan egoismenya dan tidak memaksakan kehendak, apalagi bersikap buas terhadap sesama dengan menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuan dan ambisinya.
"Mudah-mudahan dengan spirit Idul Kurban 1439 Hijriyah ini bangsa Indonesia dapat menjalani kehidupan kebangsaan yang humanis dan penuh solidaritas sesama bangsa Indonesia dan warga dunia" ujar Basarah.
Tahun ini, DPP PDI Perjuangan menyembelih 29 ekor sapi yang dikumpulkan dari kurban para kader PDI-P. Daging hewan kurban tersebut akan didistribusikan kepada kaum dhuafa dan warga lainnya.
https://nasional.kompas.com/read/2018/08/22/16541641/wasekjen-pdi-p-idul-adha-maknanya-manusia-harus-menyembelih-nafsu