Sutopo menjelaskan bahwa ada beberapa kondisi korban yang jika tidak segera dievakuasi akan berakibat fatal, misalnya korban yang tertimbun reruntuhan.
"Ini adalah titik kritis, hari ketiga, karena diduga ada juga korban yang tertimbun dalam kondisi masih hidup, mungkin sakit," ujar Sutopo di Graha BNPB, Jakarta Timur, Rabu (8/8/2018).
"Jadi ada laporan-laporan dari masyarakat yang menyampaikan bahwa ada warga yang masih tertimbun, kemudian sudah mulai tercium bau jenazah," tambahnya.
Proses evakuasi korban yang tertimpa reruntuhan masih terkendala medan di lapangan. Beton serta tembok bangunan yang tebal menyulitkan akses petugas untuk menemukan para korban.
Oleh sebab itu, diperlukan bantuan alat berat. Namun, penggunaan alat berat juga tidak dapat dilakukan sembarangan.
Sutopo mengatakan, petugas harus ekstra hati-hati saat mengoperasikan alat berat agar tidak mencelakai korban yang masih tertimbun.
"Oleh karena itu, ada tenaga yang terlatih, baik dari Basarnas, TNI, Polri dan relawan yang khusus," tambahnya.
Saat ini, sudah ada 18 alat berat yang dikerahkan. Sementara itu, terdapat 190 personel yang diturunkan dari Tim Basarnas. Mereka dibantu oleh anggota dari jajaran Polri, TNI, dan institusi lainnya.
Seperti diketahui, gempa bermagnitudo 7 mengguncang NTB, Minggu (5/8/2018), pukul 18.46 WIB. BNPB mendata, lokasi paling parah terdampak gempa adalah Lombok Utara.
Data terakhir dari BNPB per Rabu (8/8/2018) pukul 12.00, terdapat 131 korban meninggal dunia, 1.477 orang mengalami luka berat, dan 156.003 pengungsi.
https://nasional.kompas.com/read/2018/08/08/17593981/diduga-ada-juga-korban-yang-tertimbun-dalam-kondisi-masih-hidup