Untuk menghadapi itu, Wiranto mengungkapkan Kemenkopolhukam menjalin kerja sama dengan Australia dan sembilan negara di Asia Tenggara untuk mendiskusikan tentang isu-isu keamanan global dan kawasan Asia.
“Indonesia akan menjadi tuan rumah pertemuan antara Australia dan sembilan negara Asean untuk bertukar pemikiran serta merumuskan gagasan dalam menghadapi terorisme dan aksi radikalisme dunia yang tidak menunjukkan tanda-tanda penurunan,” ujar Wiranto di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Jumat (3/8/2018).
Ia mengatakan, ancaman terorisme adalah ancaman terhadap kemanusiaan sehingga antar negara perlu bekerja sama menghadapi terorisme. Wiranto menuturkan dalam pertemuan nanti akan menggelar dua acara.
Pertama, kata mantan Panglima ABRI tersebut adalah pertemuan pihak Indonesia dan Australia di Bali tanggal 5 Agustus 2018 bertajuk “The Fifth Indonesia-Australia Ministry of Council on Law and Security”,
“Jaksa Agung Australia yang biasa menjadi lawan bicara saya akan digantikan Menteri Dalam Negeri Australia Peter Craig Duttob untuk membicarakan bagaimana melawan terorisme terutama memutus jalur logistik yang digunakan untuk aksi terorisme ke regional ASEAN ke Indonesia, dan juga ke Austria,” tutur Wiranto.
Acara kedua, pada tanggal 6 Agustus 2018 Indonesia akan kembali menggelar pertemuan dengan Australia dengan sembilan negara ASEAN di Lombok dengan tema “Responding to Envolving Terorisme Strategic and Tactic”.
Dalam acara tersebut, rencananya tidak hanya terdiri dari para menteri luar negeri negara-negara sahabat yang akan hadir, melainkan ada yang pula dari Mendagri, ada yang mengutus Menteri Kehakimannya, serta dewan keamanan nasionalnya.
Menurut Wiranto, langkah-langkah yang persuasif dan edukatif terhadap penanganan aksi-aksi terorisme terbukti ampuh.
Ia mengatakan, jumlah penduduk Indonesia yang besar, dan luas wilayah, serta rasio penduduk muslim terbesar di dunia, dipandang bisa meminimalisir aksi terorisme dan radikalisme, terutama dengan program soft approach atau pendekatan lunak.
“Kita mempunyai satu metoda lawan terorisme disebut dengan soft aproach bukan hard aproach. Kalau hard aproach ada teroris diidentifikasi hancurkan, tapi kalau soft aproach mulai dari hulunya diidentifikasi kita cegah supaya tidak menjalar, mengalir menjadi ujungnya teroris,” tutur Wiranto.
https://nasional.kompas.com/read/2018/08/03/16415611/indonesia-jalin-kerja-sama-dengan-australia-dan-negara-asean-cegah-terorisme