"Ya, ada plus minus," kata Enggar kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (4/5/2018).
Enggar mengatakan, ditambahnya cuti bersama Lebaran hingga tujuh hari akan berdampak positif pada bisnis retail dan hotel.
Semakin banyak waktu libur, maka semakin banyak pula masyarakat yang akan berbelanja dan memesan hotel.
"Pariwisata juga pasti akan jalan dan ekonomi daerah tumbuh berkembang," kata dia.
Namun, waktu libur yang lama akan berdampak negatif pada sektor industri. Produktivitas setiap pabrik akan menurun karena hari kerja yang dipangkas.
"Setiap pabrik pasti ada (penurunan produktivitas). Karena mereka harus bayar gaji karyawan. Kalau mereka pendekatannya pada produk dan dikejar di depan, kan mereka harus bayar lembur," kata dia.
Enggar mengatakan, saat ini pemerintah masih terus mengkalkulasi dampak positif dan negatif dari penambahan cuti Lebaran.
Keputusan akhir akan diambil dan diumumkan oleh Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani.
Pemerintah sebelumnya sudah menetapkan cuti bersama ditambah tiga hari pada 11-12, dan 20 Juni, dengan harapan bisa mengurai kemacetan pada arus mudik dan balik.
Penetapan ini bahkan sudah diformalkan lewat Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri, yakni Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Asman Abnur.
Namun, pemerintah kini mengevaluasi penambahan cuti bersama itu karena adanya protes dari para pengusaha.
https://nasional.kompas.com/read/2018/05/04/14410601/ini-untung-dan-rugi-penambahan-cuti-bersama-lebaran-versi-mendag