Hasil survei nasional Poltracking Indonesia, misalnya, menyatakan bahwa publik menilai Gatot sebagai figur yang paling tepat mendampingi Joko Widodo pada Pemilu Presiden 2019.
Pada simulasi tujuh kandidat calon wakil presiden untuk Jokowi, Gatot menempati posisi teratas dengan elektabilitas 16,4 persen.
Sebelum memasuki masa pensiun, nama Gatot masuk radar Partai Gerindra dan menjadi salah satu calon kuat pendamping Prabowo Subianto.
Secara tak langsung Gatot menyiratkan dirinya akan berkiprah di kancah politik. Melalui keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, ia menyatakan telah memiliki hak dipilih.
Mantan Kepala Staf TNI AD itu juga mengaku pernah bertemu Prabowo dan ditawari bergabung dengan Gerindra. Namun, permintaan itu ditolak karena ia masih aktif sebagai prajurit TNI.
Setelah pensiun, langkah Gatot menuju dunia politik semakin terbuka. Partai oposisi pemerintah, yakni Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), memberi sinyal positif untuk Gatot.
Gerindra terbuka
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon mengungkapkan bahwa partainya bersikap terbuka jika Gatot ingin mengajukan diri sebagai cawapres Prabowo Subianto di Pilpres 2019.
"Iya pokoknya kalau sudah purnatugas itu sangat terbuka. Untuk kader dan sebagainya, saya kira welcome (terbuka) saja," ujar Fadli saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (2/4/2018).
Menurut Fadli, meski belum menyatakan kesediaan untuk bergabung, Partai Gerindra tidak menutup kemungkinan menerima Gatot jika sejalan dengan cita-cita perjuangan partai.
"Kalau dalam masa purnatugas ini ada satu keinginan dan sebagainya, itu tergantung beliau. Nah, kalau dari Partai Gerindra, kan, jelas, siapa pun yang mau bergabung dan sejalan dengan platform perjuangan Gerindra, pasti welcome, termasuk Pak Gatot," kata Fadli.
Ia mengatakan, saat ini Partai Gerindra belum memutuskan siapa figur yang akan menjadi cawapres Prabowo.
Selain itu, nama-nama kandidat yang muncul juga masih harus didiskusikan dengan partai calon koalisi, seperti PKS.
"Pasti mempertimbangkan segala faktor, termasuk elektabilitas, kapabilitas, kapasitas, dan lain-lain," kata Fadli.
"Kalau untuk 'tiket', ya, tergantung koalisi karena untuk menjadi cawapres itu cuma satu orang. Makanya nanti kami akan dudukkan bersama mereka (partai koalisi) mengenai pasangannya, formasinya seperti apa. Jadi, ruang itu masih terbuka," ucap Wakil Ketua DPR itu.
PKS siap
Secara terpisah, Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera menilai, Gatot merupakan sosok yang potensial diusung sebagai bakal capres atau cawapres pada Pilpres 2019.
Ia mengatakan, tugas Gatot saat ini adalah mencari kendaraan politik jika ingin maju pada Pilpres 2019. Sebab, Gatot belum memiliki partai sebagai kendaraan politik yang akan membawanya ke panggung pesta demokrasi.
"Pak Gatot pemimpin nasional. Tinggal tugasnya Pak Gatot sekarang safari politik ke partai-partai, ormas, dan elemen masyarakat, sampaikan visi-misinya. Jadi, beliau 'laku dijual' dan punya kendaraan," kata Mardani di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (2/4/2018).
Apalagi, lanjut Mardani, Pemilu 2019 merupakan pemilu serentak, di mana pemilu presiden dan legislatif digelar pada waktu yang sama.
Dengan demikian, hanya partai yang mengusung kadernya sebagai calon presiden atau wakil presiden yang bisa mendongkrak elektabilitas.
Soal kemungkinan Gatot akan menjadi kader PKS, Mardani mengatakan, partainya memberikan kesempatan untuk itu.
"Kalau kami, mah, kalau dia (Gatot) jadi kader, (kami) siap," kata Mardani.
https://nasional.kompas.com/read/2018/04/03/08165961/sinyal-gerindra-dan-pks-untuk-gatot-nurmantyo-menuju-pilpres-2019