Salin Artikel

Jejak Indonesia dalam Diplomasi Islam Moderat di Afghanistan

Melalui Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban, pemerintah menyiapkan forum untuk mempertemukan ulama dan aktor penting dari tiap-tiap kabilah di Afghanistan.

Harapannya, terwujud perdamaian yang sesungguhnya, perdamaian yang mengakar dalam kultur masyarakat Afghanistan. Tidak hanya damai dalam kesepakatan, tetapi benar-benar damai dalam interaksi keseharian.

Langkah pemerintah Indonesia menjadi penting, yang itu menunjukkan kepedulian sekaligus peran di ranah internasional. Melalui inisiasi perdamaian ini, Indonesia melangsungkan diplomasi sebagai negara juru damai, yang memberi kontribusi bagi perdamaian dunia.

Presiden Joko Widodo juga berkunjung ke Afghanistan, menemui presiden dan beberapa pejabat di negeri itu pada Senin (29/1/2018). Kehadiran Presiden Jokowi di Afghanistan berlangsung di tengah sengkarut dan ancaman kekerasan di negeri itu.

Pada 21 Januari 2018, misalnya, bom meledak di Hotel Intercontinental, menewaskan 20 orang. Lalu, pada 24 Januari 2018, Islamic State of Iraq and the Levant (ISIS) membunuh tiga orang di kantor lembaga amal Save the Children di Jalalabad. Rangkaian kekerasan masih membara di Afghanistan, terutama dari kelompok ISIS serta jaringan teror internasional.

Namun, jauh sebelum berbagai upaya itu, sejak 2011 Nahdlatul Ulama (NU) telah menginisiasi perdamaian di Afghanistan dengan mempertemukan beberapa ulama penting dari beberapa kabilah. Langkah NU ini terwujud atas kerja sama dengan Badan Intelijen Negara (BIN) dan Kementerian Luar Negeri.

Ketika itu, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) beberapa kali mengirim kiai-kiai pesantren dan tim pakar untuk menjadi juru damai di negeri penuh konflik ini. Afghanistan membara, komunikasi formal dengan menggunakan institusi negara untuk menginisiasi perdamaian menabrak tembok tebal nyaris mustahil terjadi karena interaksi kepentingan antarnegara dan ekskalasi geopolitik yang masih rumit.

Satu-satunya jalan yang bisa menebus celah ini adalah dengan menggunakan organisasi masyarakat Islam sebagai aktor second track diplomation. Dengan demikian, NU menjadi aktor perdamaian sekaligus media untuk menyebarkan pesan damai. Menggunakan pendekatan ormas yang mengedepankan nilai-nilai Islam ramah dan tasawuf, ulama di Afghanistan lebih terbuka membangun komunikasi dengan NU.

Second track diplomation

Pada Desember 2011, ketika PBNU mengawali inisiasi perdamaian di Afghanistan, diselenggarakan beberapa konferensi sebagai jembatan narasi. Salah satunya, konferensi di Turki yang bertajuk "The Project for Islamic Cooperation for a Peaceful Future in Afghanistan".

Konferensi ini diselenggarakan oleh World Organization for Resource Development and Education (WORDE). Dari PBNU hadir KH As’ad Said Ali dan KH Yahya C Staquf. Selain itu, hadir 80 ulama dari Afghanistan, juga beberapa ulama internasional seperti Syaikh Hisyam Kabbani, Syaikh Mustafa Ceric (Bosnia), dan Syaikh Cagrici (Turki).

Konferensi tersebut mempertemukan beberapa jaringan antarkabilah di Afghanistan serta ulama internasional untuk mencari kesepahaman bersama. Konferensi ini juga mendorong kampanye Islam yang mengedepankan toleransi, perdamaian, serta nilai-nilai ukhuwwah. Kegiatan konferensi menjadi rangkaian dari inisiasi perdamaian, untuk melempangkan jalan rekonsiliasi antar-kelompok di Afghanistan.

Selain itu, ulama Afghanistan juga berkunjung ke Indonesia, belajar tentang relasi agama dan negara dari beberapa kiai, serta mengikuti kuliah tentang Pancasila di Universitas Gadjah Mada (UGM). Belajar dari NU, ulama Afghanistan juga mendirikan Nahdlatul Ulama Afghanistan, yang menjadi organisasi kultur untuk mempromosikan Islam damai di negeri itu.

Di Afghanistan, negeri yang kaya dengan tradisi tasawuf, kultur masyarakat Muslim-nya hampir sama dengan tradisi NU. Di negeri itu, komunitas Muslim memegang peran penting sebagai mayoritas dalam lapisan kultur religiusnya. Di sana persoalannya bukan komunikasi antar-agama, akan tetapi bagaimana membangun kepercayaan antar-komunitas Muslim.

Terlebih lagi, di Afghanistan kultur tasawuf sangat kental. Negeri itu punya akar sejarah tasawuf yang demikian kokoh, dengan beragam dinamikanya. Kultur ini selaras dengan apa yang dimiliki NU, yaitu tradisi tasawuf yang berkelindan dengan nilai-nilai pesantren.

Titik kesamaan inilah yang membuat ulama dan aktor masing-masing kabilah di Afghanistan mau menerima delegasi NU dalam pertemuan-pertemuan awal untuk membincang perdamaian.

Dalam sebuah perbincangan dengan Dr Ichasan Malik, inisiator perdamaian dalam konflik Poso dan Ambon, saya bertanya bagaimana peluang Indonesia untuk menjadi bagian dari juru damai konflik internasional. Menurut beliau, modal sosial Indonesia lebih dari cukup untuk menginjeksi nilai-nilai kearifan di tengah meningkatnya eskalasi politik dunia.

"(Karena) semua konflik di dunia itu pernah ada di Indonesia. Pola yang hampir sama terjadi di negeri kita. Kita tengok konflik Kosovo, Bosnia, Timur Tengah, Afghanistan, hingga konflik Palestina-Israel, pola yang hampir sama pernah terjadi di negara kita. Dari konflik agama, etnis, komunitas, dan antar-komunitas, semuanya pernah terjadi (dan bisa dilewati)," ungkap Ichsan Malik, di kantor Litbang Kompas, Palmerah, beberapa waktu lalu.

Saat ini, inisiasi perdamaian di Afghanistan sudah melangkah jauh menuju level yang lebih baik. Meski, demi mencapai damai itu harus membayar mahal dengan wafatnya Syaikh Burhanuddin Rabbani serta beberapa risiko yang ditanggung oleh ulama Afghanistan.

Di tengah kemelut konflik, perdamaian menjadi sesuatu yang mahal. Tanpa harus menunggu terkoyak konflik terlebih dahulu, bukankah kita mesti bercermin dari kondisi Afghanistan?

https://nasional.kompas.com/read/2018/03/27/11230631/jejak-indonesia-dalam-diplomasi-islam-moderat-di-afghanistan

Terkini Lainnya

Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

Nasional
Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, 'Push Up'

Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, "Push Up"

Nasional
KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

Nasional
Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Nasional
Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

Nasional
KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

Nasional
Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

Nasional
Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

Nasional
Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 MiliarĀ 

Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 MiliarĀ 

Nasional
Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Nasional
Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo', Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Sebut Jokowi Kader "Mbalelo", Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Nasional
[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri 'Triumvirat' Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri "Triumvirat" Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

Nasional
Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke