Salin Artikel

Politik Identitas Terkubur di Era Orde Baru, Menguat Pasca-Reformasi

Sejak Orde Baru berakhir, kekuatan politik identitas telah terkubur sejak lama, namun bangkit dan menguat dalam kurun waktu terakhir ini.

Priyo mengungkapkan, Pemilihan Umum 1955 menjadi salah satu barometer pemilu yang demokratis pada waktu itu. Namun demikian, setiap parpol menganut aliran politik yang begitu kental.

"Parpol betul-betul terfragmentasi antara kubu Islam, nasionalis, macam-macam. Dan sekarang yang terjadi, ketika reformasi digulirkan sudah tidak kentara lagi," kata Priyo dalam diskusi

Era reformasi, kata Priyo, membuat partai-partai menyamarkan identitasnya, seperti partai dengan identitas keagamaan yang juga mengaku nasionalis, dan partai nasionalis yang mengaku religius.

Namun, sikap itu tidak terlihat di tingkat masyarakat. Justru politik identitas belakangan ini semakin menguat.

"Politik identitas itu memang seringnya terjadi berpusat pada politik merasa sebagai identitas bersama, ada perasaan ke-kita-an, yang jadi perekat dari suatu kelompok," kata Priyo.

Hal itu ditunjukkan dengan bangkitnya sejumlah kelompok dengan aliran identitas tertentu yang sebelumnya terpinggirkan. Fenomena tersebut, kata Priyo, dapat terlihat selama proses Pilkada DKI Jakarta 2017 berlangsung.

Menurut dia, penyebabnya adalah reaksi sekaligus dipicu oleh pemujaan yang berlebihan terhadap figur dan kelompok identitas.

"Begitu mendapat kesempatan, kemudian juga dipicu oleh pemujaan yang berlebihan. Dan tanpa disadari organ-organ negara langsung ikut menyempurnakan peristiwa ini," kata mantan Wakil Ketua DPR ini.

Jika dulu politik identitas hanya milik kelompok tertentu, sekarang secara tidak sadar fungsi media sosial dan pemanfaatan organ negara membuat kelompok identitas semakin mendapatkan dukungan dari silent majority. Akibatnya, timbul gesekan yang cukup kuat di kalangan masyarakat.

"Ini menyebabkan kelompok ini mendapatkan dukungan dari silent majority yang dulunya moderat, ikut kemudian ngebelain. Sehingga terjadi pembelahan yang cukup menganga pada masyarakat. Itu tidak diikuti dengan pembelahan di parpol. Kentara sekali," ucap Priyo.

Priyo menilai, menguatnya politik identitas disebabkan adanya momentum untuk bangkit ketika sudah lama terpinggirkan yang menyebabkan adanya rasa kebersamaan dan senasib.

"Gerakan membela rasa keadilan karena sering diposisikan terpinggirkan, disebut tidak nasionalis, kurang toleran bertumpuk sehingga menyebabkan ada keterpanggilan kesamaan," ujar Priyo.

Priyo memperkirakan pengaruh politik identitas ini tak hanya menguat pada Pilkada Serentak 2018, melainkan juga Pileg dan Pilpres 2019.

Priyo berharap agar pemerintah dan seluruh elemen masyarakat bisa saling menjaga dan berupaya meredam politik identitas ini demi terciptanya stabilitas yang kuat di dalam negeri.

https://nasional.kompas.com/read/2018/03/08/07402971/politik-identitas-terkubur-di-era-orde-baru-menguat-pasca-reformasi

Terkini Lainnya

Gejala Korupsisme Masyarakat

Gejala Korupsisme Masyarakat

Nasional
KPU Tak Bawa Bukti Noken pada Sidang Sengketa Pileg, MK: Masak Tidak Bisa?

KPU Tak Bawa Bukti Noken pada Sidang Sengketa Pileg, MK: Masak Tidak Bisa?

Nasional
PDI-P Mundur Jadi Pihak Terkait Perkara Pileg yang Diajukan PPP di Sumatera Barat

PDI-P Mundur Jadi Pihak Terkait Perkara Pileg yang Diajukan PPP di Sumatera Barat

Nasional
Distribusikan Bantuan Korban Longsor di Luwu Sulsel, TNI AU Kerahkan Helikopter Caracal dan Kopasgat

Distribusikan Bantuan Korban Longsor di Luwu Sulsel, TNI AU Kerahkan Helikopter Caracal dan Kopasgat

Nasional
Hakim MK Cecar Bawaslu Terkait Kemiripan Tanda Tangan Pemilih

Hakim MK Cecar Bawaslu Terkait Kemiripan Tanda Tangan Pemilih

Nasional
Waketum Gerindra Nilai Eko Patrio Pantas Jadi Menteri Prabowo-Gibran

Waketum Gerindra Nilai Eko Patrio Pantas Jadi Menteri Prabowo-Gibran

Nasional
MKD Temukan 3 Kasus Pelat Nomor Dinas DPR Palsu, Akan Koordinasi dengan Polri

MKD Temukan 3 Kasus Pelat Nomor Dinas DPR Palsu, Akan Koordinasi dengan Polri

Nasional
Paradoks Sejarah Bengkulu

Paradoks Sejarah Bengkulu

Nasional
Menteri PPN: Hak Milik atas Tanah di IKN Diperbolehkan

Menteri PPN: Hak Milik atas Tanah di IKN Diperbolehkan

Nasional
Menkes: Indonesia Kekurangan 29.000 Dokter Spesialis, Per Tahun Cuma Produksi 2.700

Menkes: Indonesia Kekurangan 29.000 Dokter Spesialis, Per Tahun Cuma Produksi 2.700

Nasional
Kepala Bappenas: Progres Pembangunan IKN Tahap 1 Capai 80,82 Persen

Kepala Bappenas: Progres Pembangunan IKN Tahap 1 Capai 80,82 Persen

Nasional
Hakim MK Cecar KPU RI Soal Ubah Aturan Tenggat Waktu Rekapitulasi Suara Pileg

Hakim MK Cecar KPU RI Soal Ubah Aturan Tenggat Waktu Rekapitulasi Suara Pileg

Nasional
Pakar Hukum: PTUN Bisa Timbulkan Preseden Buruk jika Kabulkan Gugatan PDI-P

Pakar Hukum: PTUN Bisa Timbulkan Preseden Buruk jika Kabulkan Gugatan PDI-P

Nasional
Gerindra: Pak Prabowo Bisa Jadi Presiden Terpilih berkat Doa PKS Sahabat Kami

Gerindra: Pak Prabowo Bisa Jadi Presiden Terpilih berkat Doa PKS Sahabat Kami

Nasional
Pakai Pelat Palsu Anggota DPR, Pemilik Alphard dalam Kasus Brigadir RAT Bakal Dipanggil MKD

Pakai Pelat Palsu Anggota DPR, Pemilik Alphard dalam Kasus Brigadir RAT Bakal Dipanggil MKD

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke