Sebab, kini Novanto kembali ditetapkan sebagai tersangka untuk kedua kalinya oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.
Novanto kembali terjerat kasus dugaan korupsi proyek e-KTP. Status Novanto tersebut diyakini akan membuat elektabilitas partai beringin semakin terpuruk.
"Segera ambil sikap, ganti Setya Novanto," kata Ketua GMPG Ahmad Doli Kurnia dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (11/10/2017).
Doli meminta elite di Dewan Pimpinan Pusat Golkar berhenti bermain-main dengan situasi yang menyandera partai.
Menurut dia, sudah saatnya warga Golkar mengedepankan kepentingan partai yang harus diselamatkan.
"Jangan karena urusan kepentingan pribadi-pribadi atau kelompok, terus bermanis-manis, berkamuflase, melindungi Setya Novanto, sementara Golkar di mata publik luluh lantak," kata Doli yang belakangan sudah dipecat oleh Novanto.
Hal serupa disampaikan anggota GMPG Mirwan Vauly dalam sebuah diskusi yang digelar Smart FM Radio, di Jakarta, Sabtu siang ini.
Mirwan menilai, langkah mempertahankan Novanto hanya akan membuat citra dan elektabilitas Golkar semakin terpuruk.
"Kepada semua pengurus Golkar, ini sudah saatnya memikirkan elektabilitas Partai. Jangan hanya memikirkan satu orang. Segera cari ketua umum baru," kata dia.
Dalam forum yang sama, pengamat politik dari Lingkar Madani Ray Rangkuti menyatakan sepakat dengan apa yang disuarakan oleh GMPG.
Menurut Ray, dalam berbagai survei terakhir yang dilakukan sejumlah lembaga, sangat terlihat bahwa elektabilitas Golkar turun ke angka 7 persen.
"Tidak bisa diabaikan, salah satu faktornya pasti karena ketumnya tersangkut korupsi," ucap Ray.
Ray menyarankan Novanto untuk mundur dari kursi Ketum, daripada harus dilengserkan.
Menurut dia, Novanto perlu berkaca kepada ketua umum Partai lain yang langsung mundur saat ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK.
"Dulu Anas Urbaningrum (Ketua Umum Partai Demokrat) langsung mundur, Lutfi Hasan Ishaq (Presiden PKS) juga langsung mundur," ucap Ray.
(baca: Meski Tersangka Lagi, Novanto Tetap Dipertahankan sebagai Ketum Golkar)
Sekretaris Jenderal Partai Golkar Idrus Marham sebelumnya mengatakan partainya tetap akan mempertahankan Setya Novanto sebagai Ketua Umum Golkar meski telah dua kali menjadi tersangka kasus korupsi e-KTP.
Ia mengatakan, Golkar tak akan jatuh meski Novanto kembali ditetapkan tersangka kasus e-KTP.
"Satu dua kali, sama saja prosesnya. Ini sama semua dan karena itu maka ini jalan seperti biasa. Daerah-daerah tetap jalan seperti biasa. Bahkan tadi setelah diumumkan oleh KPK kembali Novanto sebagai tersangka oleh KPK (tetap seperti biasa)," kata Idrus di kediaman Novanto, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (10/11/2017).
Ia menambahkan, berdasarkan keputusan musyawarah nasional luar biasa (munaslub) 2016 dan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) 2017, Golkar akan tetap mepertahankan Novanto sebagai ketua umum hingga 2019.
Ia pun mengatakan, Golkar tak terikat oleh figur pribadi, melainkan pada sistem kepartaian yang telah berjalan.
"Bahwa kepemimpinan Bung Setya Novanto dan Idrus Marham sebagai hasil munas 2016 tetap berjalan sampai pada akhir masa jabatan 2019," lanjut dia.
https://nasional.kompas.com/read/2017/11/11/12495701/generasi-muda-golkar-desak-novanto-mundur-sebagai-ketum