Salin Artikel

Akbar Tandjung Khawatirkan Elektabilitas Golkar

Sebab, kata Akbar, sejak Ketua Umum Golkar Setya Novanto menjadi tersangka kasus korupsi e-KTP, elektabilitas Golkar menurun drastis.

Tren penurunan itu, lanjut Akbar, bisa dilihat dari penurunan kursi Golkar di DPR.

Tahun 2004, Golkar memperoleh 128 kursi. Sedangkan tahun 2009 menurun menjadi 106 kursi.

Berikutnya, tahun 2014 Golkar hanya menyisakan 91 kursi. Terakhir, kata Akbar, pada bulan Mei 2017, elektabilitas Golkar turun hingga ke angka 7,1 persen.

"Pemilu 2014 lalu kami 14,5 persen. Kalau 7,1 persen itu kan berarti separuh. Kalau pada waktu 2014 (dapat) 91 kursi, kalau separuh kan berarti sekitar 45 (di 2019)," ujar Akbar di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (15/9/2017).

(baca: Novanto Tersangka, Akbar Tandjung Khawatir Golkar Terdepak dari Parlemen)

Ia khawatir jika tren penurunan tersebut terus berlanjut dan pada akhirnya Golkar tak mampu menembus angka ambang batas parlemen sebesar 4 persen.

Akbar berharap ada upaya untuk kembali mengatrol elektabilitas Golkar ke posisi dua besar.

Namun, ia mengatakan langkah selanjutnya masih harus menunggu hasil praperadilan yang ditempuh Novanto.

(baca: Jika Novanto Tetap Ketum Golkar, Elektabilitas Jokowi Dapat Tergerus)

Akbar berharap, ke depannya ketiga elemen partai selain Dewan Pimpinan Pusat (DPP), yakni Dewan Pembina, Dewan Pakar dan Dewan Kehormatan bisa turun tangan menghadapi situasi ini.

Akbar mengaku ketiga dewan tersebut pernah bertemu dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang juga pernah menjabat Ketua Umum Golkar.

Mereka membahas kondisi Golkar terkini dan berupaya mencari jalan keluar bagi Golkar.

"Paling tidak institusi atas nama dewan kan ada tiga, Dewan Pembina, Pakar dan Kehormatan. Saat ini belum ada mekanisme yang memungkinkan ketiga dewan ini bertemu merespons memberikan opini masukan terhadap berbagai kasus yang ada," lanjut dia.

https://nasional.kompas.com/read/2017/09/15/18062931/akbar-tandjung-khawatirkan-elektabilitas-golkar

Terkini Lainnya

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke