Di negara lain, rata-rata jumlah polwan 20-25 persen dari populasi polisi. Adapun di Indonesia hanya sekitar lima hingga enam persen.
Apalagi, sangat jarang dari mereka yang menempati posisi strategis di kepolisian.
Tito mengaku beberapa kali ditegur Basaria Panjaitan, perwira tinggi Polri yang kini menjadi Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
"Kita lihat Kapolda semuanya laki-laki, tidak ada perempuan. Saya beberapa kali ditegur ibu Basaria, mana polwannya, mana polwannya," ujar Tito saat memberi sambutan dalam acara HUT ke-69 Polwan di Auditorium PTIK, Jakarta, Senin (11/9/3017).
(baca: Cerita Polwan Tiarap Berjam-jam Mengintai Penyelundupan 1 Ton Sabu dari China)
Akhirnya, Basaria merekomendasikan Sri Handayani yang saat itu berpangkat Kombes. Sri kemudian dites untuk menjadi Kepala Sekolah Pembentukan Perwira (Kasetukpa) Polri.
"Ternyata dia mampu. Dan ternyata bagus di sana. Terima kasih bu Basaria untuk rekomendasinya," kata Tito.
Tito mengatakan, pandangannya ke depan adalah bagaimana meningkatkan jumlah polwan dari lima persen menjadi minimal 20 persen secara bertahap.
Selama ini, polwan telah mendapat tempat di masyarakat sebagai garda terdepan Polri dalam pelayanan.
(baca: Bripda Suci, Polwan Cantik Anggota Team Jaguar yang Pernah Disabet Senjata Tajam)
Misalnya, kata Tito, di beberapa stasiun televisi, polwan ikut membacakan berita mengenai situasi lalu lintas.
Untuk aksi unjuk rasa, Polri menempatkan polwan di barisan terdepan agar pendekatannya lebih humanis.
"Polwan yang menjabat di jajaran perwira Polri tinggi ada empat. Belum lagi Kapolres, Kapolsek, dan tugas lain yang didominasi laki-laki," kata Tito.
Namun, dibandingkan negara lain, Indonesia cukup tertinggal. Tito mencontohkan, di London, kepala departemen antiteror merupakan seorang polwan.
Di Australia, Deputi kepolisiannya juga perempuan. Di Indonesia, kata dia, masih ada persoalan dalam pembinaan karier polwan.
Tito mengatakan, dulu banyak senior polwan yang lulusan PTIK, sehingga punya kesempatan sejajar dengan polisi laki-laki.
Namun, setelah tergabung dengan ABRI, taruni dihilangkan. Polisi didominasi oleh laki-laki. Kalaupun ada, polwan direkrut di luar akademi ABRI.
Baru setelah era Presiden kelima Megawati Soekarnoputri, dibuka kembali rekrutmen taruni sehingga jumlah polwan terus bertambah.
Tito mengatakan, banyak kelebihan polwan dibandingkan laki-laki. Polwan memiliki sensitifitas yang lebih baik.
Oleh karena itu, banyak dari mereka ditempatkan untuk penanganan kasus yang berhubungan dengan wanita dan anak-anak.
Selain itu, sisi humanitas polwan juga tinggi sehingga bisa mengelola anggota dan punya pendekatan lebih efektif.
"Harus ada upaya afirmatif agar polwan diberi kesempatan yang sama dengan polisi laki-laki," kata Tito.
https://nasional.kompas.com/read/2017/09/11/12405481/cerita-kapolri-ditegur-basaria-karena-tak-ada-polwan-di-posisi-strategis