Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konflik Kepentingan di Pansus Hak Angket KPK

Kompas.com - 08/06/2017, 09:33 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Politisi Partai Golkar Agun Gunandjar Sudarsa terpilih sebagai Ketua Panitia Khusus (Pansus) hak angket Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Pemilihan pimpinan pansus dilakukan melalui rapat tertutup.

"Telah terpilih pimpinan pansus, Ketua Pak Agun Gunandjar, Wakilnya Risa Mariska (PDI-P), Pak Dossy Iskandar (Hanura) dan Pak Taufiqulhadi (Nasdem)," kata Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon seusai memimpin rapat pemilihan pimpinan pansus di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (7/6/2017).

Penunjukan Agun sebagai Ketua Pansus hak angket KPK kemudian mengundang tanya. Sebab, nama Agun merupakan satu dari sejumlah politisi Senayan yang terseret kasus dugaan korupsi e-KTP.

Agun sebagai mantan anggota Komisi II DPR periode 2009-2014 disebut menerima fee dari proyek pengadaan e-KTP sebesar satu juta dollar AS. Saat itu, Agun juga merupakan anggota Badan Anggaran DPR.

Kecurigaan akan adanya konflik kepentingan pun mengemuka. Meskipun hal itu ditepis langsung oleh Agun.

(Baca: Agun Gunanjar Jadi Ketua Pansus Hak Angket, Ini Kata KPK)

Menurutnya, publik harus bisa membedakan antara proses hukum dan proses politik. Dari proses politik, Agun menegaskan dirinya kooperatif dalam memenuhi panggilan KPK jika diperlukan keterangannya terkait kasus e-KTP.

Di sisi lain, ia sebagai anggota dewan memiliki hak untuk berpartisipasi dalam hak angket KPK, termasuk menjadi ketua pansus hak angket tersebut.

"Saya enggak merasa ada konflik apa-apa," tuturnya percaya diri.

PDI-P memilih Golkar

Sejak awal, Partai Golkar mengklaim mendorong PDI Perjuangan untuk mengemban tugas sebagai ketua pansus. Hal itu ditegaskan baik oleh Agun, Ketua Komisi III dari Fraksi Partai Golkar Bambang Soesatyo, bahkan Sekretaris Jenderal Partai Golkar Idrus Marham.

Rapat pemilihan pimpinan dilakukan dengan mekanisme setiap fraksi menyampaikan pendapatnya soal pimpinan yang ditunjuk. PDI-P justru mengusulkan Golkar sebagai ketua. Namun, PDI-P tetap mendapatkan kursi wakil ketua pansus.

(Baca: Agun Gunandjar Disebut Terima 1 Juta Dollar AS dari Proyek e-KTP)

"Kami dari Fraksi Partai Golkar berterim akasih atas usulan PDI-P sepanjang seluruh fraksi sepakat bulat tanpa ada keberatan," ucap Agun.

Tak ada perdebatan alot terkait penentuan pimpinan tersebut. Hal itu terlihat dari durasi rapat yang terbilang cukup cepat. Tak lebih dari 30 menit.

Agun mengaku, Golkar juga ikut mengusulkan wakil ketua pendamping Agun, yakni dari Fraksi Partai Hanura dan Fraksi Partai Nasdem. Usulan tersebut pun disetujui forum. Agun resmi memimpin pansus.

(Baca: PAN Utus Anak Amien Rais Gabung Pansus Hak Angket KPK)

Sementara itu, Wakil Ketua Pansus Risa Mariska membenarkan bahwa fraksinya mempersilakan Golkar menempati posisi ketua pansus.

Risa yang ditunjuk PDI-P sebagai wakil pimpinan menilai Agun lebih kompeten memimpin pansus ketimbang dirinya.

"Pak Agun kan lebih senior jadi saya lihat. Saya pertama dorong dulu tapi jalau teman-teman di forum enggak sepakat itu hal lain," ucap Risa.

"Tapi kan ternyata teman-teman sepakat," sambung dia.

Terkait dugaan adanya konflik kepentingan dalam pansus, Risa meminta publik tak melihatnya secara sempit. Ia menegaskan DPR tak berniat melemahkan KPK atau menyasar kasus-kasus tertentu melainkan melihat dari segala sisi secara komprehensif.

"Ini bukan untuk melemahkan atau menghilangkan KPK sebagai penegak hukum. Kami ingin memperbaiki apa yang menjadi masalah di KPK," tuturnya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Kata Gibran soal Urgensi Adanya Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis

Nasional
Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Riwayat Gus Muhdlor: Hilang Saat OTT, Beralih Dukung Prabowo, Akhirnya Tetap Ditahan KPK

Nasional
Menag Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji: Semua Baik

Menag Cek Hotel dan Bus Jemaah Haji: Semua Baik

Nasional
Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet di Pilkada DKI Jakarta

Menerka Peluang Anies dan Ahok Berduet di Pilkada DKI Jakarta

Nasional
Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Gibran Sebut Ada Pembahasan soal Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis, tapi Belum Final

Nasional
Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Pengamat: Jangankan 41, Jadi 100 Kementerian Pun Tak Masalah asal Sesuai Kebutuhan

Nasional
Utak-Atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Utak-Atik Strategi Jokowi dan Gibran Pilih Partai Politik, PSI Pasti Dicoret

Nasional
Gibran Lebih Punya 'Bargaining' Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Gibran Lebih Punya "Bargaining" Gabung Partai Usai Dilantik Jadi Wapres

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Politis dan Boroskan Uang Negara

Nasional
'Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran'

"Golkar Partai Besar, Tidak Bisa Diobok-obok Gibran"

Nasional
Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Prabowo Ingin Tambah Menteri, Wapres Ma'ruf Amin Ingatkan Pilih yang Profesional

Nasional
[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

[POPULER NASIONAL] Jokowi Berkelakar Ditanya soal Pindah Parpol | PDI-P Beri Sinyal di Luar Pemerintahan

Nasional
Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Prabowo Diharap Tetapkan 2 Syarat Utama Sebelum Tambah Kementerian

Nasional
Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Ide Prabowo Tambah Kementerian Sebaiknya Pertimbangkan Urgensi

Nasional
Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Wacana Prabowo Tambah Kementerian Diyakini Bakal Picu Problem

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com