Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Heni Sri Sundani, Mantan TKI yang Berjuang Raih Mimpi

Kompas.com - 17/05/2017, 12:11 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Teman-temannya banyak yang terjebak menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) selama puluhan tahun.

Namun, ia tak lupa akan cita-cita yang dibawanya dari Rancatapen, sebuah dusun pelosok di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.

"Sebenarnya enggak ada keinginan menjadi TKI. Aku enggak punya cita-cita menjadi TKI. Tetapi waktu itu aku menemukan jalan buntu. Aku sejak kecil ingin menjadi guru," kata Heni Sri Sundani berbincang dengan Kompas.com awal pekan ini, usai sebuah acara penghargaan.

Di acara itu, Heni menerima penghargaan sebagai TKI inspiratif dari sebuah koran nasional.

Belum lama ini, Heni juga menyabet penghargaan bergengsi dari Forbes dengan kategori Anak Muda Berpengaruh di Bawah 30 Tahun.

Hidup dan berkembang di tengah-tengah keluarga miskin dengan lingkungan sekitar yang tak jarang memandang sebelah mata cita-citanya, membuat Heni sejak kecil tak sekadar asal sekolah.

Meskipun untuk mencapai tempat ia menimba ilmu itu, penuh dengan perjuangan dan peluh.

Setiap hari, Heni harus menempuh perjalanan dua jam pulang-pergi ke sekolah dasar. SD-nya itu terletak di pertengahan perkebunan karet dengan tenaga pendidik yang amat terbatas.

Bahkan tak jarang, kata Heni, gurunya malah tidak ada di kelas.

Hampir setiap hari pula ia mendapatkan pekerjaan rumah dari sekolahan. Heni kerap mengerjakannya seorang diri karena hanya tinggal berdua dengan neneknya sejak kecil.

Sementara tetangga kanan-kirinya, kebanyakan juga tak sekolah, sehingga susah baginya meminta bantuan.

"Ayah dan ibu sudah broken semenjak aku kecil banget. Dan ibu menjadi buruh di pabrik, di Bekasi. Aku hanya dibesarkan oleh seorang nenek yang buta aksara, enggak bisa baca tulisan. Enggak kebayang kalau punya PR, siapa yang bisa bantu aku," ucap Heni.

Yang membuat Heni sedih, terkadang PR dari sekolahan tidak dikoreksi keesokan harinya di kelas.

Padahal, selama belajar membuat PR itu, Heni hanya mendapat penerangan dari lampu teplok. Rumahnya belum dialiri listrik.

"Sudah lubang hidungnya hitam-hitam, sampai sekolahan gurunya enggak ada. Kadang-kadang kalau ada PR, enggak diperiksa," ucap Heni.

"Dari sana, seperti ada dendam positif dari dalam diri aku. Suatu hari nanti, aku harus menjadi guru yang enggak boleh nyia-nyiain semangat anak didiknya untuk sekolah," tambah Heni.

Sulitnya akses transportasi ke SD membuat Heni tak jarang kerepotan di kala hujan. Biasanya, kalau kehujanan sepulang sekolah, seragam yang ia kenakan, diangin-anginkannya di atas tungku.

"Bau asap enggak apa-apa. Yang penting besok bisa dipakai lagi, karena punya seragam cuma satu," katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com