Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Algooth Putranto

Pengajar Ilmu Komunikasi Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI).

"Angsa Emas" Ridwan Kamil

Kompas.com - 29/03/2017, 16:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorBambang Priyo Jatmiko

KOMPAS.com - Pilkada serentak 2018 sudah di depan mata. Pembuka kejutan langsung dimunculkan Partai Nasional Demokrat (Nasdem) yang menyatakan dukungan kepada Walikota Bandung Ridwan Kamil untuk melangkah ke Pemilihan Gubernur Jawa Barat.

Publik Kota Kembang kaget mengingat Walikota ganteng mereka, Ridwan Kamil, biasa disapa Kang Emil pindah ke lain hati. Kita masih ingat pada Pilkada Kota Bandung 2013, Kang Emil adalah profesional yang digaet PKS dan Gerindra.

Kemunculan dan keberhasilan memenangkan Kang Emil menyentak publik mengingat Bandung saat itu adalah kantong Partai Demokrat. Kesuksesan, yang sebetulnya tak terlalu mengejutkan mengingat PKS adalah jawara Pilgub 2008 dan berhasil diulang pada Pilgub 2013. 

Pilgub 2008 adalah sukses besar PKS di Jawa Barat. Hanya menggandeng PAN, PKS berhasil mengantarkan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf menundukkan Danny Setiawan-Iwan Sulandjana (Golkar, Demokrat) maupun pasangan Agum Gumelar - Nu'man Abdul Hakim yang didukung koalisi warna warni (PDI-P, PPP, PKB, PKPB, PBB, PBR dan PDS).

Mesin politik PKS yang efektif kembali dibuktikan saat memenangi Pilgub 2013 ketika hanya menggandeng PPP dan Hanura untuk mendukung petahana Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar yang bertarung melawan koalisi besar Dede Yusuf- Lex Laksamana (Demokrat, PAN, Gerindra, PKB).

Dua partai raksasa lain, Golkar dan PDI Perjuangan memilih untuk bertarung sendiri dan kembali gigit jari. Saat itu Golkar menyorongkan Irianto MS Syafiuddin - Tatang Farhanul sementara PDI Perjuangan mencoba pasangan tak populer Rieke Diah Pitaloka - Teten Masduki.

Kesuksesan Pilgub Jabar terhitung luar biasa mengingat saat itu PKS sedang dirundung masalah yang tidak ringan, ketika Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq menjadi pesakitan dalam kasus impor daging sapi dan menyebabkan hasil survei dari sejumlah lembaga menempatkan PKS terpuruk.

Patut dipuji tentu saja kiprah Presiden baru PKS Anis Matta yang langsung turun menemui kadernya. Hasilnya, kader-kader PKS total berjuang memenangkan pasangan yang diusung partainya. Hasilnya tak hanya Jabar yang direbut, Pilgub Sumatra Utara pun menjadi milik PKS.

Padahal saat itu, menjelang hari pemilihan Gubernur Ahmad Heryawan bahkan digoyang dugaan korupsi lewat pembobolan kredit maupun kasus penggelembungan pembangunan kantor Bank Jabar Banten senilai ratusan miliar. Meski perolehan suara anjlok, posisi Jabar 1 masih dalam genggaman.

Namun tahun ini kondisi terlihat berbeda, PKS mendapat tantangan yang tak ringan. Kang Emil yang sukses mencuri hati masyarakat Bandung, bahkan Indonesia secara tegas sudah menyatakan tak kunjung mendapat kepastian dukungan dari PKS untuk menuju kursi Jabar 1.

Ketidakpastian PKS dalam dukungan politis kepada Kang Emil yang terlihat kebelet menuju panggung politik yang lebih tinggi adalah sesuatu yang mudah dipahami mengingat Gubernur Jabar Ahmad Heryawan dalam beberapa kali kesempatan mengungkapkan harapan agar PKS mengusung sang istri, Netty Prasetiyani maju sebagai cagub.

Sementara pada sisi lain, wajar jika PKS tidak bisa terburu memberikan tiket mengingat untuk di Jawa Barat, syarat calon yang diusung parpol yakni 20 persen jumlah kursi di DPRD Jabar atau 25 persen perolehan suara parpol atau gabungan parpol. 20 persen itu berarti 20 kursi.

Artinya, ketika tiket diserahkan kepada Kang Emil, PKS yang hanya bermodal 12 kursi sudah harus memiliki kepastian partai mana yang akan diajak berkoalisi. Ketika PKS tak kunjung memberikan kepastian, bisa kita simpulkan Gerindra sebagai calon kuat mitra koalisi dengan modal 11 kursi pun sebetulnya belum nyaman mengusung Kang Emil.

Koalisi PDI-Golkar?

Sampai saat ini, tak bisa dibantah kecerewetan dan kecerdasan Kang Emil dalam berkomunikasi melalui bersosial media—yang diklaim dikelola secara langsung--berperan besar membentuk citra positif bagi PKS dan Gerindra.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Nasional
Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo', Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Sebut Jokowi Kader "Mbalelo", Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Nasional
[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri 'Triumvirat' Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri "Triumvirat" Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

Nasional
Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com