Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ikatan Hakim Indonesia Minta Jokowi Tolak RUU Jabatan Hakim

Kompas.com - 27/03/2017, 20:21 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ikatan Hakim Indonesia (IHAKI) meminta  Presiden Joko Widodo  menolak Rancangan Undang-Undang Jabatan Hakim.

Diketahui, RUU tersebut  merupakan usulan  DPR RI dan sepakat dibahas bersama pemerintah pada Desember 2016 lalu.

"Karena RUU itu sudah dibawa ke Munas IHAKI November 2016 di NTB. Semua hakim Indonesia menolak RUU  yang mengatur tentang hal itu (jabatan hakim)," ujar Ketua IHAKI Suhadi di Kompleks Istana Presiden, Senin (27/3/2017).

(Baca: Presiden Setuju Jumlah Hakim Harus Ditambah

Menurut Suhadi, pengaturan  jabatan hakim itu justru tidak memberi perubahan yang positif.

Poin pertama yang ditolak IHAKI adalah soal usia pensiun hakim agung yang berkurang dari 70 menjadi 65 tahun.

Usia pensiun hakim tingkat banding juga dikurangi dari 67 menjadi 63. Selain itu, usia pensiun hakim tingkat pertama juga dikurangi dari 65 tahun menjadi 60 tahun.

Poin kedua, setiap lima tahun Komisi Yudisial (KY) bisa mengevaluasi kinerja hakim.

DPR RI juga bisa mengevaluasi kinerja hakim. Jika dianggap tidak berkinerja baik, hakim agung akan dikocok ulang.

(Baca: Kepada Presiden, Ihaki Keluhkan Kurangnya Hakim)

Hal itu dinilai intervensi terhadap peradilan yang harusnya ditolak oleh pemerintah. Suhadi pun berharap Presiden merespons positif usulan tersebut.

Menteri Hukum dan HAM Yasona Laoly memastikan bahwa pemerintah mendengar suara hakim.

Ia mengakui, pemerintah dengan DPR RI sendiri mengalami pertentantangan dalam beberapa poin RUU. "Nanti lihat sajalah bagaimananya," ujar Yasona.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com