Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sepuluh Relawan Perempuan Ikut Menyemen Kaki bersama Petani Kendeng

Kompas.com - 20/03/2017, 13:18 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Petani dari kawasan Pegunungan Kendeng kembali melanjutkan aksi protes memasung kaki dengan semen di depan Istana Negara, Senin (20/3/2017).

Hingga hari kedelapan aksi protesnya ini, jumlah petani yang menyemen kakinya mencapai 50 orang.

Jumlah tersebut kini bertambah menjadi 60 orang setelah sepuluh perempuan relawan yang menjadi pendamping para petani Kendeng memutuskan untuk ikut mengecor kaki dengan semen.

Mereka berasal dari berbagai latar belakang, dari pegiat hak asasi manusia, pekerja kantoran, hingga mahasiswi.

Tasya (22 tahun), seorang mahasiswi Fakultas Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, mengaku datang ke Jakarta karena tergerak dengan perjuangan para petani perempuan asal Kendeng itu.

"Saya sebenarnya bukan mahasiswi pergerakan. Saya ke sini awalnya hanya ingin mendampingi ibu-ibu Kendeng sejak hari ketiga karena kekurangan relawan di dapur umum," ujar Tasya saat berbincang dengan Kompas.com, di kantor LBH Jakarta, Senin (20/3/2017).

KOMPAS.com/Kristian Erdianto Sebanyak sepuluh relawan perempuan memutuskan ikut aksi mencor kaki dengan semen bersama para petani Kendeng di depan Istana Negara, Senin (20/3/2017).
Sejak para petani Kendeng melakukan aksi menolak pabrik semen di Rembang dan Semarang, Tasya sudah terlibat sebagai relawan. Tugasnya menyiapkan konsumsi bagi para petani.

Ketika mendengar para petani Kendeng kembali menyemen kaki di depan Istana, Tasya memutuskan terbang ke Jakarta.

(Baca juga: Nyerinya Kaki Dicor Semen Demi Lestarinya "Ibu Bumi" Kendeng...)

Hal senada juga diungkapkan oleh Efi Sri Handayani (25 tahun), seorang preservationist di Pusat Perfilman Usmar Ismail. Keputusannya ikut menyemen kaki merupakan bentuk solidaritasnya sebagai sesama perempuan.

Selain itu, dia ingin menunjukkan bahwa aksi mengecor kaki bukan merupakan bentuk eksploitasi terhadap perempuan, sebagaimana yang dituduhkan oleh sejumlah pihak.

"Perempuan punya otoritas penuh terhadap tubuhnya sendiri. Kami berhak menggunakan tubuh kami sebagai sarana untuk memperjuangkan hak para petani Kendeng," ujar Efi.

(Baca juga: Dari Ormas Islam Hingga Komunitas Punk Dukung Petani Kendeng)

Sejak Senin (13/3/2017) lalu petani dari kawasan Pegunungan Kendeng melakukan unjuk rasa mengecor kaki dengan semen di depan Istana Negara.

Para petani Kendeng itu memprotes izin lingkungan baru yang ditandatangani oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Dengan terbitnya izin tersebut kegiatan penambangan karst PT Semen Indonesia di Rembang masih tetap berjalan.

Mereka pun meminta Presiden Joko Widodo segera mencabut izin lingkungan PT Semen Indonesia yang dikeluarkan oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan menghentikan kegiatan penambangan karst oleh pabrik semen yang dinilai merusak lingkungan.

Aksi tersebut masih terus berlangsung dan jumlah petani kian bertambah. Aksi yang sama pernah dilakukan oleh sembilan petani perempuan di depan Istana Negara pada April 2016.

Kompas TV Demo "Cor Kaki" Tolak Semen Berlanjut
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Jokowi Resmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

Jokowi Resmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

Nasional
Bawaslu Papua Tengah Telat Masuk Sidang dan Tak Dapat Kursi, Hakim MK: Kalau Kurang, Bisa Dipangku

Bawaslu Papua Tengah Telat Masuk Sidang dan Tak Dapat Kursi, Hakim MK: Kalau Kurang, Bisa Dipangku

Nasional
Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

Nasional
Dilema Prabowo Membawa Orang 'Toxic'

Dilema Prabowo Membawa Orang "Toxic"

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Nasional
Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Nasional
Menakar Siapa Orang 'Toxic' yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Menakar Siapa Orang "Toxic" yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Nasional
Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com