JAKARTA, KOMPAS.com - Petani dari kawasan Pegunungan Kendeng kembali melanjutkan aksi protes memasung kaki dengan semen di depan Istana Negara, Senin (20/3/2017).
Hingga hari kedelapan aksi protesnya ini, jumlah petani yang menyemen kakinya mencapai 50 orang.
Jumlah tersebut kini bertambah menjadi 60 orang setelah sepuluh perempuan relawan yang menjadi pendamping para petani Kendeng memutuskan untuk ikut mengecor kaki dengan semen.
Mereka berasal dari berbagai latar belakang, dari pegiat hak asasi manusia, pekerja kantoran, hingga mahasiswi.
Tasya (22 tahun), seorang mahasiswi Fakultas Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, mengaku datang ke Jakarta karena tergerak dengan perjuangan para petani perempuan asal Kendeng itu.
"Saya sebenarnya bukan mahasiswi pergerakan. Saya ke sini awalnya hanya ingin mendampingi ibu-ibu Kendeng sejak hari ketiga karena kekurangan relawan di dapur umum," ujar Tasya saat berbincang dengan Kompas.com, di kantor LBH Jakarta, Senin (20/3/2017).
Ketika mendengar para petani Kendeng kembali menyemen kaki di depan Istana, Tasya memutuskan terbang ke Jakarta.
(Baca juga: Nyerinya Kaki Dicor Semen Demi Lestarinya "Ibu Bumi" Kendeng...)
Hal senada juga diungkapkan oleh Efi Sri Handayani (25 tahun), seorang preservationist di Pusat Perfilman Usmar Ismail. Keputusannya ikut menyemen kaki merupakan bentuk solidaritasnya sebagai sesama perempuan.
Selain itu, dia ingin menunjukkan bahwa aksi mengecor kaki bukan merupakan bentuk eksploitasi terhadap perempuan, sebagaimana yang dituduhkan oleh sejumlah pihak.
"Perempuan punya otoritas penuh terhadap tubuhnya sendiri. Kami berhak menggunakan tubuh kami sebagai sarana untuk memperjuangkan hak para petani Kendeng," ujar Efi.
(Baca juga: Dari Ormas Islam Hingga Komunitas Punk Dukung Petani Kendeng)
Sejak Senin (13/3/2017) lalu petani dari kawasan Pegunungan Kendeng melakukan unjuk rasa mengecor kaki dengan semen di depan Istana Negara.
Para petani Kendeng itu memprotes izin lingkungan baru yang ditandatangani oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Dengan terbitnya izin tersebut kegiatan penambangan karst PT Semen Indonesia di Rembang masih tetap berjalan.
Mereka pun meminta Presiden Joko Widodo segera mencabut izin lingkungan PT Semen Indonesia yang dikeluarkan oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan menghentikan kegiatan penambangan karst oleh pabrik semen yang dinilai merusak lingkungan.
Aksi tersebut masih terus berlangsung dan jumlah petani kian bertambah. Aksi yang sama pernah dilakukan oleh sembilan petani perempuan di depan Istana Negara pada April 2016.