JAKARTA, KOMPAS.com – Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Sidarto Danusubroto menantang, pihak-pihak yang kerap menggelar aksi unjuk rasa beberapa waktu terakhir di Jakarta, menggelar aksi serupa di Amerika Serikat. Khususnya, di depan Gedung Putih atau White House, tempat Presiden AS Donald Trump bekerja.
"Itu tokoh yang suka bikin demo di Jakarta sampai buat macet, berani enggak demo tunggal di depan White House di Washington?" kata Sidarto saat menjadi pembicara pada Jambore dan Silaturahmi Mahasiswa Indonesia di Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta, Sabtu (4/2/2017).
Di usia yang tak lagi muda, Sidarto mengatakan, sepuluh tahun lalu dirinya pernah melakukan unjuk rasa tunggal di depan Gedung Putih. Dengan membawa bendera Palestina, Sidarto melakukan unjuk rasa seorang diri.
"Mungkin kalau sekarang ditembak karena (Presidennya) Donald Trump," kata purnawirawan jenderal bintang dua dari Polri ini.
Sidarto mengaku heran, di tengah kondisi perekonomian Indonesia yang membaik, unjuk rasa terhadap pemerintahan masih terjadi. Biasanya, kata dia, unjuk rasa di banyak negara terjadi bila kondisi perekonomian suatu negara memburuk. (Baca: Para Pemburu Unjuk Rasa)
"Sekarang kondisi perekonomian kita relatif baik. Kita nomor tiga (pertumbuhan ekonomi) di antara negara G-20," ujar Sidarto yang juga politikus PDI-P ini.
Selain itu tingkat kepercayaan terhadap Presiden Jokowi mencapai 69 persen. Dengan public trust yang tinggi, menurut dia, kecil kemungkinan unjuk rasa terhadap pemerintahan terjadi.
Mantan ajudan Presiden pertama RI, Soekarno, itu menduga, masih adanya unjuk rasa terhadap lantaran ada pihak-pihak yang merasa dirugikan dengan kebijakan yang diambil pemerintah.
"Pemerintahan Jokowi ini kan adalah pemerintahan yang membabat zona nyaman para mafia," tandasnya.