JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua DPP Partai Demokrat Didik Mukrianto menilai masyarakat sudah cerdas untuk menanggapi kicauan mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum di Twitter yang membandingkan sifat negarawan dan politisi.
"Soal sindiran politik, siapa yang disindir, siapa yang menyindir, substansinya (sindiran) apa, saya pikir masyarakat sudah cerdas menanggapinya," kata Didik saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (25/1/2017).
Menurut dia, siapapun bisa berpendapat atau bahkan menyindir. Apalagi, kata Didik, sebagai sebuah negara demokrasi, Indonesia menjamin kebebasan warga negaranya untuk berpendapat.
(Baca: Demokrat Balas Kicauan Anas dengan Falsafah Jawa)
Ia menambahkan, dalam negara demokrasi pula, perbedaan pandangan merupakan hal wajar sehingga tak bisa seseorang memaksakan kehendaknya kepada orang lain.
Didik mengatakan sepanjang tidak mengandung unsur fitnah, tindakan Anas berkicau di Twitter tak ada salahnya.
"Kalau mengandung unsur pidana seperti fitnah, baru kami siapkan langkah hukum," papar Didik.
Saat ditanya apakah kicauan Anas akan memengaruhi elektabilitas pasangan Agus Harimurti - Sylviana Murni yang diusung Demokrat, Didik menjawab dengan tegas hal itu tak akan memengaruhi.
"Saya pikir itu dua hal yang berbeda, politik di DKI berbeda dengan politik tradisional, dalam tanda kutip seperti sindiran politik. Masyarakat DKI sudah cerdas," tutur dia.
Sebelumnya, I Gede Pasek Suardika, politisi yang selama ini dikenal dekat dengan Anas, menilai kicauan tersebut diperuntukkan bagi masyarakat agar dapat membedakan mana sikap seorang negarawanan dan sikap seorang politisi.
(Baca: Anas Urbaningrum: Pemimpin yang Harusnya Jadi Tuntunan Malah Jadi Tontonan Rakyat)
"Ini penting agar publik tidak terkecoh dengan tampilan semu yang sekarang banyak menghipnotis," kata Pasek.
Pesan tersebut dianggapnya penting agar publik tidak tertipu, terutama dalam menghadapi dinamika politik yang belakangan terjadi.
"Cukup sudah AU dan beberapa orang tertipu dan menjadi korbannya. Jangan sampai publik semua menjadi korban berikutnya karena sangat berbahaya," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.