Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polri Pastikan Pelaku Teror Bom Magelang Tak Terkait Kelompok Teroris

Kompas.com - 05/01/2017, 13:28 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Kombes Pol Martinus Sitompul mengatakan, pelaku yang meletakkan benda mencurigakan menyerupai bom di depan apotek Perintis Farma Magelang murni karena motif dendam pribadi.

Ia memastikan bahwa pelaku bernama Haris tidak terafiliasi dengan kelompok teroris tertentu.

"Kami pastikan setelah mendalami alat komunikasi pelaku dan terkait kelompok jaringan yang ada, yang bersangkutan tidak dalam kelompok jaringan teroris," ujar Martinus di kompleks Mabes Polri, Jakarta, Kamis (5/1/2017).

Martinus mengatakan, Haris mengaku sakit hati dengan pimpinan Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo, Gus Yusup.

"Kemudian dia menulis surat dan melakukan upaya menempatkan bahan yang bisa dikaitkan dengan aksi teror," kata Martinus.

Meski tak terkait dengan kelompok teroris, apa yang dilalukan Haris dianggap telah meresahkan masyarakat.

Tas berisi kabel dan barang-barang mencurigakan lainnya yang sempat dikira bom itu membuat panik warga sekitar.

Oleh karena itu, Haris tidak dikenakan undang-undang terkait terorisme, melainkan undang-undang soal perbuatan membuat kecemasan bagi masyarakat.

Ia dikenakan Pasal 335 ayat 1 KUHP yang berbunyi "barangsiapa secara melawan hukum memaksa orang lain supaya melakukan atau membiarkan sesuatu, dengan memakai kekerasan, sesuatu perbuatan lain maupun perlakuan yang tak menyenangkan, atau dengan memakai ancaman kekerasan, sesuatu perbuatan lain maupun perlakuan yang tak menyenangkan, baik terhadap orang itu sendiri atau orang lain".

Dalam penggeledahan, polisi menemukan sangkur di rumahnya. Karena kepemilikan itu, Haris juga dijerat UU Darurat Nomor 12 Tahun 1951 tentang kepemilikan senjata tajam yang tidak untuk peruntukannya.

Haris meletakkan bom di sekitar lokasi Ponpes API karena ingin menjatuhkan nama baik ponpes tersebut. Dengan demikian, tak ada santri yang berminat daftar di Ponpes API karena merasa tidak aman.

Pelaku sakit hati terhadap Gus Yusup, pimpinan Ponpes API karena merasa tidak dihargai. Padahal, ia sudah lama mengabdi kepada pimpinan Ponpes tersebut.

Terlebih lagi, Gus Yusup tak mendukungnya sewaktu mencalonkan diri menjadi calon legislatif dari salah satu partai.

(Baca juga: Ini Motif Terduga Pelaku Teror Bom Magelang)

Saat pindah ke partai lain, Haris malah merasa diusik oleh Gus Yusup dengan menyebutnya anggota Partai Komunis Indonesia. Karena kesal, akhirnya Haris memasang bom di lokasi yang berdekatan dengan Ponpes API.

Sebelumnya, pada Selasa (27/12/2016), warga menemukan tas berisi benda mencurigakan di depan apotik Perintis Farma Tegalrejo, Kabupaten Magelang.

Dalam tas yang berisi rangkaian berupa bahan peledak, sejumlah kabel, paralon plastik, sejumlah paku besi, baterai, switcher itu ternyata juga disertai dua selebaran bertulisan Arab.

Satu selebaran kertas berupa tulisan ajakan jihad, dan satunya lagi adalah peta kecil di suatu lokasi. Gambar tersebut mirip denah kawasan alun-alun Kota Magelang dengan menggunakan Bahasa Arab.

Kompas TV Polisi Ledakkan Benda Diduga Bom Rakitan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 10 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com