JAKARTA, KOMPAS.com – Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai maraknya aksi penolakan terhadap tenaga kerja asing asal China tidak terlepas dari pengaruh kebijakan proteksionisme yang tengah diterapkan di sejumlah negara.
Ia menjelaskan, selama ini banyak negara yang menerapkan kebijakan ekonomi terbuka atau liberal.
Namun, seiring pelambatan ekonomi global, kebijakan tersebut dievaluasi dan beberapa negara besar mulai mengubah sistem mereka menjadi lebih konservatif atau proteksionis.
"Kita lihat Brexit (Inggris yang keluar dari Uni Eropa) dan Uni Eropa keseluruhan, kita lihat Trump, kita lihat tentu China dan sebagainya. Tentu suasana yang lebih nasionalistis," kata Wapres Kalla saat membuka pasar saham 2017 di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (3/1/2017).
"Kita tentu juga tidak mungkin orang lain nasionalistis, tapi kita terbuka begitu banyak," ujar dia.
(Baca juga: Istana Sebut Ada "Framing" Politik dalam Isu Tenaga Kerja China)
Wapres Kalla menyebutkan, jumlah tenaga kerja asing asal China yang bekerja di Indonesia tidak lebih dari 20 ribu orang.
Namun, belakangan marak pemberitaan media yang menyebut banyak tenaga kerja asing asal China yang secara illegal bekerja di Indonesia.
"Ada efek-efek itu. Ini yang tentu adalah kenyataan yang terbuka di dunia ini yang kita bisa antisipasi sebaiknya. Memang juga tentu sangat terpengaruh negara besar kayak Amerika," ujar Kalla.
"Apalagi kampanye Trump yang begitu menggelorakan rakyat agar Amerika lebih jaya lagi," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.