Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biaya Pemeliharaan Besar, KPK Harap Pengelolaan Barang Sitaan Optimal

Kompas.com - 21/11/2016, 11:59 WIB
Dimas Jarot Bayu

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Agus Rahardjo, mengaku masih terkendala dalam mengelola barang sitaan tindak pidana korupsi.

Sebab, banyak barang sitaan membutuhkan biaya cukup besar dalam pengelolaannya.

Agus mengatakan, biaya pengelolaan yang besar dibutuhkan agar nilai barang sitaan tidak turun karena rusak atau tak terawat.

"Sering barang itu pemeliharaannya menggunakan uang yang tidak sedikit," ujar Agus saat rapat koordinasi di Jakarta, Senin (21/11/2016).

Agus mencontohkan beberapa barang sitaan yang membutuhkan biaya besar dalam pengelolaannya. Salah satunya, seperti sapi milik Bupati Subang Ojang Sohandi yang disita KPK karena diduga merupakan hasil pencucian uang.

Menurut Agus, sapi tersebut membutuhkan biaya yang cukup besar dalam perawatannya. Jika tidak terawat, maka sapi tersebut bisa mati dan nilai asetnya hilang.

"Sapi itu termasuk yang pemeliharaannya cukup besar. Kemudian juga dikhawatirkan kalau tidak terawat dengan baik bisa mati," ucap Agus.

Selain itu, ada pula beberapa barang sitaan yang membutuhkan biaya cukup besar karena harus tetap beroperasi. Barang tersebut, seperti seperti rumah sakit dan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).

Agus menuturkan, operasi barang sitaan tersebut tak bisa dihentikan karena masih dibutuhkan masyarakat. Selain itu, nilai barang sitaan tersebut juga akan turun.

"Banyak barang sitaan atau rampasan yang masih memerlukan biaya operasi karena tidak bisa kita hentikan operasinya, seperti rumah sakit, SPBU," tutur Agus.

Untuk itu, Agus berharap Rancangan Undang-undang (RUU) Perampasan Aset dapat segera diselesaikan. Ini dimaksudkan agar pengelolaan barang sitaan dapat lebih optimal dilakukan.

"Kami harapkan UU Perampasan Aset bisa difinalkan agar tata kelolanya bisa lebih jelas di masa mendatang," ujarnya.

Agus juga berharap pengelolaan barang sitaan lintas lembaga dapat lebih terkoordinasi.

"Kami ingin meningkatkan pemahaman koordinasi terkait benda sitaan dan barang rampasan dalam rangka pemulihan aset hasil tindak pidana korupsi," ucap Agus.

Kompas TV Inilah 5 Negara yang Bersih dari Korupsi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com