NUSA DUA, KOMPAS.com - China dan Namibia mengajukan calon untuk memperebutkan kursi Presiden Interpol pada sidang Interpol tahun ini.
Rencananya, pemilihan presiden Interpol digelar pada hari terakhir sidang umum, Kamis (10/11/2016).
Inspektur Pengawasan Umum Polri Komisaris Jenderal Dwi Priyatno mengatakan calon yang terpilih bakal menggantikan Presiden Interpol Mireille Ballestrazzi yang masa jabatannya berakhir tahun ini.
"Presiden Interpol calonnya sudah mengerucut China dan Namibia. Sekarang dua calon itu sudah siap karena presiden Interpol akan habis masa jabatannya," ujar Dwi dalam konferensi pers di Bali Nusa Dua Convention Center, Bali, Rabu (9/11/2016).
Dwi mengatakan, Indonesia tak mengajukan nama untuk ikut bersaing dalam perebutan kursi Presiden. Namun, kata dia, RI sudah menyiapkan nama untuk menjadi anggota komite eksekutif Interpol.
"Mungkin nanti ada tiga atau empat nama kemudian diberitahu siapa yang dipilih," kata Dwi.
Dwi mengatakan, calon anggota komite yang diajukan harus terlebih dulu mengikuti tes dan assessment. Para calon juga harus melewati serangkaian proses seleksi.
Yang jelas, kata dia, anggota komite eksekutif dari Indonesia tidak harus merupakan polisi. "Tapi juga penegak hukum dari kementerian bisa," kata Dwi.
Sebelumnya, Kepala Biro Misi Internasional Divisi Hubungan Internasional Polri Brigadir Jenderal Pol Johanis Asadoma mengatakan, Indonesia bisa memperoleh sejumlah keuntungan jika berada dalam keanggotaan komite eksekutif.
Salah satunya yakni merancang rencana kerja Interpol.
"Dapur untuk mengelola semua program-program kerja Interpol itu ada di executive comitte. Keuntungannya kita bisa terlibat di situ, kita membawa nama bangsa Indonesia ke dunia internasional," kata Johanis.
Johanis mengatakan, Interpol merupakan organisasi terbesar kedua setelah Persatuan Bangsa Bangsa.
Jika ada perwakilan, Indonesia akan dikenal di kancah internasional.
Tak hanya itu, Indonesia bisa lebih mudah melakukan koordinasi terkait misi negara sendiri.
"Dengan adanya personil kita di sana maka akan lebih cepat koordinasi dan implementasi di lapangan," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.