JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komisaris Jenderal Suhardi Alius memastikan pelaku penyerangan terhadap polisi di Tangerang, Sultan Azianzah (22), bukanlah pelaku tunggal atau lone wolf.
"Nah yang kita duga sebagai lone wolf kan ternyata sudah ada jaringan," ujar Suhardi di Hotel Lumire, Jakarta, Selasa (25/10/2016).
Menurut Suhardi, Sultan tak bisa disebut sebagai lone wolf kendati mempelajari proses pembuatan bom secara otodidak melalui internet. (Baca: Polisi Duga Penyerang Kapolsek Tangerang Tunggal)
Sultan, kata Suhardi, telah terpapar pengaruh dari Aman Abdurrahman. Aman selama ini disebut polisi sebagai pemimpin ISIS Asia Tenggara.
Suhardi menuturkan, Sultan pernah membesuk Aman di Lembaga Pemasyarakatan Nusa Kambangan.
"Dia sudah pernah mengunjungi napi teroris. jadi artinya sudah ada network juga pemikirannya," kata Suhardi.
Suhardi pun mengimbau agar masyarakat lebih waspada terhadap paham radikal terorisme.
Menurut Suhardi, peristiwa yang menimpa Sultan mengindikasikan pengaruh terorisme dapat masuk menjangkau siapa saja, termasuk keluarga polisi. (Baca: Kapolres: Dua Kakak SA Tidak Terlibat Kasus Penusukan Kapolsek Tangerang)
Diketahui, orangtua dan kakak Sultan merupakan polisi di Polres Metro Tangerang.
"Ini kewaspadaan kita karena semua sel bisa masuk kepada siapa saja," kata Suhardi.
Peristiwa penyerangan anggota polisi itu bermula saat Sultan menempelkan stiker yang mirip dengan lambang kelompok ISIS.
Polisi meminta stiker itu dilepas, namun pelaku justru menyerang polisi dengan golok.
Anggota polisi yang diserang pertama adalah Kanit Dalmas Polres Metro Tangerang Inspektur Satu Bambang Haryadi dan anggota Satuan Lalu Lintas Polsek Tangerang Brigadir Kepala Sukardi.
Kapolsek Tangerang Kompol Effendi yang berada tidak jauh dari lokasi kejadian berusaha menangkap Sultan.
Namun, Sultan justru menyerang dan menusuk Effendi.
Ia dilumpuhkan dengan tembakan di kaki dan perut. Sultan langsung dibawa ke RSUD Tangerang dan dipindahkan ke RS Polri Kramatjati.
Namun, dalam perjalanan ke RS Polri, ia meninggal karena kehabisan darah.