JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Yayasan Gerakan Pemberdayaan Swara Perempuan (GPSP), Linda Amalia Sari mengatakan, Herawati Diah merupakan sosok yang menjadi panutan bagi aktivis perempuan lain.
Menurut Linda, almarhumah Herawati selau memperjuangkan cita-cita sampai akhir hayat.
"Beliau walau telah 99 tahun tetap peduli dan memberikan arahan bagaimana perempuan terus didorong menggunakan haknya," kata Linda di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, Jumat (30/9/2016).
Linda bercerita, Herawati peduli dengan hak perempuan di berbagai bidang. Dalam bidang politik misalnya, Herawati memiliki keinginan agar perempuan Indonesia menggunakan hak pilihnya dengan baik.
Untuk itu, Herawati bersama tokoh lain mendirikan GPSP pada tahun 1999. Jatuhnya orde baru membuat masyarakat memiliki kesempatan memilih pemimpinnya secara langsung untuk kali pertama.
"Perempuan saat itu memang banyak yang tidak menggunakan hak pilihnya. Jadi beliau mendirikan yayasan ini supaya perempuan menggunakan hak pilihnya dan bisa pilih sesuai keinginan," ucap Linda.
Linda merasa terhormat menjadi penerus yayasan yang didirikan oleh Herawati. Dia menilai Herawati memiliki semangat hidup yang tinggi dengan masa hidup yang menjelang satu abad.
Hal itu menjadi kekuatan bagi aktivis perempuan untuk tidak menyerah dalam memperjuangkan cita-citanya.
Linda menuturkan, Herawati menjadi contoh aktivis yang menjalin silaturahim dengan siapa pun. Dalam pergaulan, Herawati tidak pernah membedakan golongan.
"Beliau sangat sederhana. Down to earth, kepada semua aktivis tidak melihat siapa, tapi pada semua lapisan masyarakat beliau selalu dekat. Tidak banyak saya temui tokoh semacam ini," ujar Linda.
Herawati Diah lahir pada 3 April 1917 di Tanjung Pandan, Belitung. Ia merupakan putri dari pasangan Raden Latip, seorang dokter yang bekerja di Billiton Maatschappij, dan Siti Alimah.
Herawati adalah istri dari tokoh pers BM Diah yang bekerja di Koran Asia Raya dan pernah menjabat Menteri Penerangan.
Bersama sang suami pada 1 Oktober 1945, ia mendirikan Harian Merdeka. Semasa hidupnya, Herawati berkesempatan mengecap pendidikan tinggi.
Lepas dari Europeesche Lagere School (ELS) di Salemba, Jakarta, Herawati bersekolah di American High School di Tokyo.
Setelah itu, atas dorongan ibunya, Herawati berangkat ke Amerika Serikat untuk belajar sosiologi di Barnard College yang berafiliasi dengan Universitas Columbia, New York dan lulus pada 1941.