JAKARTA, KOMPAS.com - Keluarga Asep Sunandar (25), ketua geng motor di Cianjur yang ditembak beberapa waktu lalu, mengaku kerap mendapatkan intimidasi dari oknum polisi.
Asep ditembak mati karena diduga melakukan penganiayaan berat dan masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) Polres Cianjur sejak 2014.
Pengacara publik dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, Arif Maulana mengatakan, sejak mendapatkan informasi mengenai kematian Asep di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cianjur, keluarga Asep mendapatkan intimidasi dari aparat Polres Cianjur.
"Bahkan sempat terlontar ancaman bahwa adiknya juga akan dibunuh saat prosesi pemakaman," ujar Arif, saat konferensi pers di Kantor LBH Jakarta, Rabu (21/9/2016).
Arif mengatakan, intimidasi terhadap keluarga korban tidak hanya dilakukan secara verbal.
Keluarga juga diminta menandatangani surat pernyataan dan tidak melanjutkan perkara Asep.
"Saat mau menyalatkan korban, keluarga diminta tanda tangan surat pernyataan dan langsung diberi uang Rp 5 juta. Ada satu oknum polisi yang bilang 'Bu, jangan manjang ya Bu, ini repot'," kata Arif.
(Baca: Kepolisian Selidiki Dugaan Pelanggaran oleh Anggota Polres Cianjur Terkait Kematian Ketua Geng Motor)
Menurut Arif, upaya aparat yang meminta keluarga Asep untuk tidak menuntut pertanggungjawaban merupakan bentuk intimidasi dan pelanggaran HAM.
"Padahal pada pasal 17 Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM menyatakan bahwa setiap orang dengan dugaan kejahatan apapun berhak atas sebuah proses hukum yang jujur dan baik," kata Arif.
Ia mendorong Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) untuk menjamin keamanan keluarga korban dan saksi.
Hal ini dilakukan untuk meminimalisir upaya intimidasi.
"Sekarang kita fokus ke LPSK karena jika hanya mengurus laporan-laporan, maka keamanan keluarga dalam bahaya," ujar Arif.
Kematian Asep pasca penangkapan pada 10 September 2016 dinilai penuh kejanggalan. Ia tewas ditembak aparat tanpa surat perintah penangkapan, kejelasan indentitas, dan informasi sangkaan tindak pidana.
Jenazah Asep ditemukan dalam kondisi tangan terikat ke belakang disertai 12 luka tembakan.