JAKARTA, KOMPAS.com - Visi interkonektivitas yang dicanangkan sebagai salah satu pilar dalam Poros Maritim Dunia dinilai penting untuk membangun ndonesia saat ini.
Meski demikian, visi tersebut dinilai tidak boleh hanya berbasis pada orientasi maritim.
Direktur Eksekutif Centre for Strategic and International Studies Phillips Vermonte menilai, penguatan maritim seharusnya juga didasarkan pada orientasi berbasis daratan (land based orientation).
"Interkonektivitas maritim harus juga didasarkan pada landbase orientation. Kalau tidak, semuanya nanti jadi sia-sia," ujar Phillips, saat diskusi peluncuran buku 'Arungi Samudra Bersama Sang Naga: Sinergi Poros Maritim Dunia dan Jalur Sutra Maritim Abad ke-21', di Lembaga Ketahanan Nasional, Jakarta, Rabu (31/8/2016).
Menurut Phillips, usaha pemerintah yang selama ini membangun interkonektivitas sebagai implementasi Poros Maritim Dunia tidak akan berhasil jika tak melihat kondisi ekonomi masyarakat di daratan.
"Poros Maritim Dunia harus melihat adanya aktivitas ekonomi di daratan. Kalau ingin membangun pelabuhan tanpa memberi insentif ekonomi masyarakat di daratan, dia tidak akan berhasil," kata Phillips.
Poros Maritim Dunia yang dicanangkan oleh Pemerintah Indonesia memiliki lima pilar sebagai wujud pengimplementasiannya.
Lima pilar tersebut, antara lain pembangunan budaya maritim Indonesia, membangun ekonomi maritim, pengembangan infrastruktur dan interkonektivitas maritim.
Lalu, memperkuat diplomasi maritim, dan membangun kekuatan pertahanan maritim.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.