JAKARTA, KOMPAS.com - Dua mahasiswa Indonesia yakni DP asal Demak dan YU asal Aceh akhirnya dibebaskan oleh pihak otoritas Turki, Kamis (25/8/2016) malam.
Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia Kementerian Luar Negeri RI Lalu Muhammad Iqbal, melalui keterangan tertulisnya mengatakan, keduanya dibebaskan setelah tidak terbukti memiliki kaitan dengan kelompok Hizmet/FETO yang ditengarai mendalangi kudeta 15/7 lalu.
Menurut Iqbal, keduanya diserahkan langsung oleh Jaksa Penuntut Umum kepada pejabat konsuler KBRI yang datang ke kota Bursah.
"Saat ini kedua mahasiswi tersebut berada di kediaman Duta Besar RI di Ankara," ujar Iqbal, Jumat (26/8/2016).
(Baca: Dua Mahasiswi Indonesia di Turki Dapatkan Akses Kekonsuleran)
Sementara itu Duta Besar RI di Ankara mengatakan, DP dan YU dalam keadaan sehat meski tampak kelelahan.
"Mereka dalam keadaan sehat meski tampak kelelahan. Keduanya sudah sempat berbicara langsung dengan orang tua masing-masing melalui telepon", ujar Wardana.
Sebelumnya, DP dan YU ditangkap sejak 11 Agustus 2016 di rumah tinggalnya di kota Bursa, Turki.
Pemerintah Indonesia sempat menyampaikan desakan agar otoritas Turki menjelaskan alasan dari penangkapan itu. Diperoleh penjelasan bahwa semula kedua mahasiswa itu tidak termasuk target penangkapan.
"Namun, saat aparat keamanan melakukan penangkapan di salah satu rumah yang dikelola Yayasan Gulen, kedua mahasiswa ada di rumah tersebut dan mengakui bahwa mereka berdua memang tinggal di rumah tersebut," kata Iqbal.
Sejak penangkapan dilakukan, KBRI terus melakukan pendekatan ke sejumlah pejabat tinggi Pemerintah Turki.
Menlu Retno dua kali melakukan pembicaraan langsung melalui telepon dengan Menlu Turki dimana pembebasan kedua mahasiswi menjadi salah satu topik pembicaraan.
(Baca: Ibu Mahasiswi yang Ditangkap di Turki Jatuh Sakit karena Cemas)
Pasca-kudeta yaang gagal di Turki, KBRI terus menyampaikan imbauan agar mahasiswa/pelajar WNI lebih berhati-hati, menghindari kontak dengan mereka yang terkait/terafiliasi ke ulama Ferhulah Gullen dan segera keluar dari fasilitas-fasilitas yang dikelola oleh kelompok-kelompok yang terkait dengan itu.
KBRI terus berkomunikasi dengan Pemerintah Turki dalam rangka memastikan keselamatan seluruh WNI di Turki, khususnya para pelajar/mahasiswa penerima beasiswa Pasiad.
Saat ini sekitar 35 pelajar/mahasiswa penerima beasiswa Pasiad ditampung di kediaman Duta Besar RI Ankara. Selain alasan keamanan, para WNI ditampung karena mereka sudah tidak lagi menerima uang beasiswa dari Yayasan Pasiad.