Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
ADVERTORIAL

Bertemu Aliansi Kebangsaan, Ketua MPR Dapat Gagasan Baru untuk Mengkaji Haluan Negara

Kompas.com - 15/08/2016, 15:33 WIB
advertorial

Penulis

Haluan negara dibahas oleh Aliansi Kebangsaan, terdiri dari Forum Rektor Indonesia (FRI) dan Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan Putra Putri TNI-POLRI (FKPPI), dalam Konvensi Nasional yang dilaksanakan pada bulan Maret 2016 silam. Hasil konvensi tersebut hari ini, Senin (15/08/2016), diserahkan kepada Ketua MPR RI Zulfikli Hasan di ruang kerja Ketua MPR RI, Gedung Nusantara III, Komplek MPR/DPR RI, Jakarta.

Penyerahan tersebut dipimpin oleh Ketua Aliansi Kebangsaan Pontjo Sutowo Sutowo didampingi Ketua Forum Rektor Indonesia Rochmat Wahab, Dawam Rahardjo, Yudi Latif, dan beberapa rektor. Pontjo pun menjelaskan maksud penyerahan hasil konvensi tersebut supaya dapat menjadi masukan utama oleh MPR dalam memperkokoh sistem konstitusi Indonesia.

“Kami berharap ini bisa menjadi masukan utama dalam rangka MPR memperkokoh sistem konstitusi kita. Semoga ini bisa memberi gambaran,” ungkap Pontjo.

Kajian mengenai haluan negara ini sudah menjadi kajian sejak tiga tahun yang lalu dalam FRI. Para rektor yang tergabung dalam FRI merasa bahwa sudah hampir 20 tahun reformasi, tetapi masih belum ada perubahan yang signifikan. Mereka berasumsi bahwa hal tersebut disebabkan oleh lepasnya haluan negara.

Hasil Konvensi mengenai Haluan Negara tersebut menyetujui beberapa hal, antara lain bahwa haluan negara sepatutnya berada di atas undang-undang dan kewenangan MPR untuk menetapkan ‘garis-garis besar’ daripada haluan negara harus dipulihkan melalui perubahan Konstitusi.

Selain itu, dalam kesempatan yang sama FRI juga meminta perhatian mengenai prinsip ekonomi Pancasila yang kini sudah hilang. Hal tersebut menimbulkan tidak adanya pegangan dalam pembangunan. Prinsip ekomoni Pancasila yang menjaga keseimbangan pembangunan antar pusat dan daerah, tetapi kini hal tersebut sudah tidak ada.

Menanggapi hal tersebut, Zulkifli juga merasakan hal yang sama. Indonesia kini belum punya haluan negara yang kuat, oleh sebab itu pembangunan pun masih belum merata.

Zulkifli Hasan pun menerima masukan tersebut dengan baik. Menurutnya hal ini sejalan dengan MPR yang kini sedang merumuskan haluan negara seperti apa yang tepat untuk kebaikan berbangsa dan bernegara.

Beliau juga mengungkapkan bahwa haluan negara berbeda-beda, jadi haluan negara seperti apa yang tepat untuk kepentingan negara yang lebih baik. “Gagasan ini untuk meluruskan tujuan kita berbangsa dan bernegara sesuai dengan konstitusi. Semoga ini bisa jadi acuan untuk tanggal 20 Agustus nanti,” ujar Zulkifli.

Nantinya jika gagasan mengenai haluan negara ini disetujui oleh sepertiga anggota MPR, yang terdiri dari 10 fraksi dan 1 kelompok DPD, maka bisa ditindaklanjuti di rapat Paripurna. Namun, Zulkifli tak menampik kemungkinan-kemungkinan yang akan muncul dan menyebabkan kegagalan, seperti tekanan publik yang berkembang di masyarakat.

“Oleh karena itu, mari kita kawal bersama-sama. Mudah-mudahan apa yang kita perjuangkan ini bisa menjadi kebaikan untuk bangsa dan negara,” ujar Zulkifli kepada Aliansi Kebangsaan.

Di akhir pertemuan, Zulkifli juga mengundang Aliansi Kebangsaan untuk hadir dalam rapat gabungan yang akan dilaksanakan pada 20 Agustus mendatang. Selain itu, beliau juga meminta Aliansi Kebangsaan untuk terlibat bahkan menjadi narasumber dalam berbagai diskusi mengenai haluan negara supaya masyarakat mengerti bahwa yang dilakukan oleh MPR ini merupakan kepentingan bersama untuk bangsa dan negara. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kepala Bappenas: Progres Pembangunan IKN Tahap 1 Capai 80,82 Persen

Kepala Bappenas: Progres Pembangunan IKN Tahap 1 Capai 80,82 Persen

Nasional
Hakim MK Cecar KPU RI Soal Ubah Aturan Tenggat Waktu Rekapitulasi Suara Pileg

Hakim MK Cecar KPU RI Soal Ubah Aturan Tenggat Waktu Rekapitulasi Suara Pileg

Nasional
Pakar Hukum: PTUN Bisa Timbulkan Presen Buruk Jika Kabulkan Gugatan PDI-P

Pakar Hukum: PTUN Bisa Timbulkan Presen Buruk Jika Kabulkan Gugatan PDI-P

Nasional
Gerindra: Pak Prabowo Bisa Jadi Presiden Terpilih Berkat Doa PKS Sahabat Kami

Gerindra: Pak Prabowo Bisa Jadi Presiden Terpilih Berkat Doa PKS Sahabat Kami

Nasional
Pakai Pelat Palsu Anggota DPR, Pemilik Alphard dalam Kasus Brigadir RAT Bakal Dipanggil MKD

Pakai Pelat Palsu Anggota DPR, Pemilik Alphard dalam Kasus Brigadir RAT Bakal Dipanggil MKD

Nasional
Jokowi Soroti Banyak Program Pemerintah Pusat dan Daerah yang Tak Sinkron

Jokowi Soroti Banyak Program Pemerintah Pusat dan Daerah yang Tak Sinkron

Nasional
KPK Tak Hadir, Sidang Gugatan Status Tersangka Gus Muhdlor Ditunda

KPK Tak Hadir, Sidang Gugatan Status Tersangka Gus Muhdlor Ditunda

Nasional
Sebut Prabowo Tak Miliki Hambatan Psikologis Bertemu PKS, Gerindra: Soal Teknis Saja

Sebut Prabowo Tak Miliki Hambatan Psikologis Bertemu PKS, Gerindra: Soal Teknis Saja

Nasional
Saat Jokowi Pura-pura Jadi Wartawan lalu Hindari Sesi 'Doorstop' Media...

Saat Jokowi Pura-pura Jadi Wartawan lalu Hindari Sesi "Doorstop" Media...

Nasional
Dampak UU DKJ, Usia Kendaraan di Jakarta Bakal Dibatasi

Dampak UU DKJ, Usia Kendaraan di Jakarta Bakal Dibatasi

Nasional
Eks Bawahan SYL Mengaku Beri Tip untuk Anggota Paspampres Jokowi

Eks Bawahan SYL Mengaku Beri Tip untuk Anggota Paspampres Jokowi

Nasional
Jokowi Harap Presiden Baru Tuntaskan Pengiriman Alkes ke RS Sasaran

Jokowi Harap Presiden Baru Tuntaskan Pengiriman Alkes ke RS Sasaran

Nasional
Pakar Hukum Sebut Kecil Kemungkinan Gugatan PDI-P ke KPU Dikabulkan PTUN

Pakar Hukum Sebut Kecil Kemungkinan Gugatan PDI-P ke KPU Dikabulkan PTUN

Nasional
Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Gratifikasi Rp 650 Juta bersama Pengacara

Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Gratifikasi Rp 650 Juta bersama Pengacara

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Pengamat: Siapa Pun yang Jadi Benalu Presiden

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Pengamat: Siapa Pun yang Jadi Benalu Presiden

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com