JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan, pucuk pimpinan kelompok Mujahiddin Indonesia Timur, Santoso alias Abu Wardah terkena dua tembakan.
Salah satu tembakan tersebut membuat Santoso langsung tumbang. "Ada dua ya. Di punggung dan perut," ujar Boy di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (20/7/2016).
Boy mengatakan, Santoso tewas akibat tembakan di punggung. Sementara seorang anak buah Santoso yang juga tewas, Muhammad Muchtar, belum diketahui terkena tembakan di bagian tubuh mana.
Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri telah mengambil sampel DNA anak perempuan Santoso.
Nantinya sampel tersebut akan dicocokkan dan menjadi bukti penguat bahwa salah satu yang tewas dalam kontak tembak di Poso, Senin (18/7/2016) kemarin adalah Santoso.
Secara fisik, sejumlah ciri -ciri pada jenazah itu identik dengan ciri Santoso. Salah satunya yakni tanda tahi lalat di dahinya.
Tanda tahi lalat pada jenazah itu berukuran 0,7 sentimeter, persis seperti ukuran tahi lalat milik Santoso.
Selain itu, ada pula bekas luka tembak di bagian paha yang bersarang pada 2007 lalu. Sidik jari jenazah tersebut pun identik dengan milik Santoso.
Dengan demikian, polisi meyakini bahwa seratus persen ciri fisik jenazah itu sama dengan Santoso, pimpinan kelompok teroris yang sudah lama menjadi buron.
Santoso tewas di tangan aparat Satgas Operasi Tinombala dalam baku tembak selama 30 menit di Poso. Selain Santoso, aparat juga menembak Muchtar, anak buahnya. Tiga orang lainnya, yang terdiri dari seorang laki-laki dan dua perempuan kabur. Dugaan sementara seorang dari dua perempuan tersebut adalah Jamiatun Muslim, istri kedua Santoso.
Sementara laki-laki yang kabur diduga kuat Basri, tangan kanan Santoso. Seorang perempuan lagi diduga Nurmi Usman, istri Basri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.