JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah memutuskan menghidupkan kembali Crisis Center untuk menangani penyanderaan 7 warga negara Indonesia oleh kelompok bersenjata asal Filipina.
Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, Crisis Center yang dipimpin oleh Sekretaris Menko Polhukam Letjen Eko ini akan fokus pada lima hal.
"Pertama mengindentifikasi masalah ini secara tajam. Kedua, mencari tahu siapa yang melakukan penyanderaan ini," kata Luhut, seusai memimpin rapat mengenai 7 WNI yang disandera di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Jumat (24/6/2016).
Hadir Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, Kapolri Jenderal (Pol) Badrodin Haiti, Kepala Badan Intelijen Negara Sutiyoso. dan Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi.
"Ketiga, apa kaitanya penyanderaan ini dengan penyanderaan sebelumnya. Keempat, di mana posisi penyanderaan," tambah Luhut.
Terakhir, lanjut Luhut, tim Crisis Center juga akan mencari keterangan-keterangan lain yang menghasilkan opsi-opsi mengenai langkah pemerintah ke depannya.
Tim Crisis Center ini sudah dibentuk sejak penyanderaan kedua yang dilakukan kelompok asal Filipina Abu Sayyaf terhadap WNI pada april 2016 lalu.
Adapun penyanderaan WNI kali ini adalah kejadian yang ketiga kalinya.
Selain mengaktifkan kembali Crisis Center, pemerintah juga memutuskan dua hal lain dalam rapat yang digelar siang ini.
Pemerintah akan mengintensifkan komunikasi dengan pihak-pihak terkait baik di Filipina maupun di Indonesia untuk mencari cara yang tepat dalam pembebasan sandera.
Terakhir, pemerintah memutuskan untuk melanjutkan moratorium pengiriman batubara ke Filipina sampai mereka bisa menjamin keselamatan WNI.
Tujuh WNI yang disandera merupakan anak buah kapal (ABK) TB Charles 001 dan kapal tongkang Robi 152.
Menlu Retno Marsudi mengatakan, informasi soal penyanderaan itu diterimanya pada Kamis (23/6/2016) kemarin.
Retno menyebutkan, penyanderaan tersebut terjadi di Laut Sulu.
Penyanderaan, lanjut dia, terjadi dalam dua waktu berbeda, pada 20 Juni 2016.
Saat ini, menurut Retno, enam ABK yang dibebaskan tersebut masih dalam perjalanan membawa kapal TB Charles 001dan tongkang robi 152 menuju Samarinda.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.