JAKARTA, KOMPAS.com — Aktivis reformasi 1998, Taufik Basari, menyayangkan pernyataan Ketua Umum Pengurus Pusat Pemuda Panca Marga, Abraham Lunggana alias Lulung.
Dalam acara Simposium Anti-Partai Komunis Indonesia (PKI) yang diselenggarakan di Balai Kartini, Jakarta, Rabu (1/6/2016), Lulung menyebut kejatuhan Presiden Soeharto karena peran kelompok komunis.
"Sangat disayangkan Pak Lulung menuding bahwa gerakan reformasi 1998 dikendalikan negara lain. Pak Lulung ahistoris," kata Taufik melalui pesan singkat, Jumat (3/6/2016).
(Baca: Lulung Sebut Kejatuhan Soeharto Dikendalikan Kelompok Komunis)
Sebagai mahasiswa pada zaman itu, Taufik mengaku merasakan keinginan kuat masyarakat akan adanya reformasi. Gerakan reformasi yang menentang Orde Baru, kata dia, ditanggapi dengan memenuhi antusias oleh masyarakat.
Politisi Nasional Demokrat itu mengatakan, Lulung dapat merasakan iklim demokrasi seperti saat ini karena hasil dari gerakan reformasi.
(Baca: Sekjen PPP: Pernyataan Lulung Menyinggung Mahasiswa dan Aktivis Reformasi)
"Semestinya Pak Haji Lulung sadar bahwa beliau bisa bebas berbicara dan bependapat, serta ikut pemilu yang demokratis itu adalah buah dari gerakan reformasi yang berhasil menurunkan rezim Soeharto," kata Taufik.
Dikendalikan komunis
Saat menghadiri Simposium Anti-Partai Komunis Indonesia (PKI) yang diselenggarakan di Balai Kartini, Jakarta, Rabu (1/6/2016), Lulung menyinggung kejatuhan Presiden Soeharto karena kelompok yang mengatasnamakan komunis.
"Berhentinya Pak Soeharto merupakan kehilangan bangsa Indonesia," ujar Lulung.
"Karena berhentinya Pak Soeharto merupakan keinginan kelompok-kelompok masyarakat yang mengatasnamakan bangsa Indonesia, tetapi dikendalikan negara kapitalis dan komunis," kata bakal calon gubernur DKI itu.