JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik dari Center for Strategic and International Studies (CSIS), J Kristiadi, mengaku sedih mendengar kabar soal penyelenggaraan Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Partai Golkar yang hanya sebatas uang setoran yang jumlahnya mencapai miliaran rupiah.
Apalagi, wacana uang setoran itu sempat berganti-ganti jumlahnya, mulai dari Rp 25 miliar hingga yang disepakati Rp 1 miliar.
Jumlah yang disepakati itu pun tak bisa memberikan dampak dan harapan bagi masyarakat.
Kristiadi tak setuju perihal kewajiban menyetor Rp 1 miliar bagi setiap calon ketua umum. Hal tersebut dinilainya sebagai bentuk bermewah-mewahan.
"Kalau Golkar mau benar, sekarang munasnya di Asrama Haji situ. Ngirit. Tunjukkan kalau setia dan solidaritas kepada rakyat. Jangan pamer duit begitu," kata Kristiadi usai mengisi acara diskusi di bilangan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (4/5/2016).
Ada pun saat disinggung bahwa uang setoran tersebut dipatok atas dasar gotong royong untuk membiayai Munaslub, Kristiadi menganggapnya sebagai alasan semata.
Menurut dia, kepercayaan masyarakat terhadap politisi baru dapat diraih melalui implementasi kebijakan yang bersifat pro rakyat.
"Jangan pernah percaya sama omongan politisi. Yang kita percaya adalah politisi yang punya kebijakan pro rakyat," ucapnya.