Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei: Ketua Umum Golkar yang Ideal Tidak Terlibat Korupsi

Kompas.com - 03/03/2016, 18:45 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagian besar publik menganggap karakter Ketua Umum Partai Golkar yang paling ideal merupakan sosok yang tidak terlibat dalam kasus korupsi apapun.

Hal itu diungkapkan dari hasil survei Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik (Kedai Kopi) yang dilakukan mulai 29 Februari hingga 1 Maret 2016.

"Karakter ideal ketum Golkar yang disukai publik adalah yang tidak terlibat skandal korupsi," Juru Bicara Kedai Kopi Hendri Satrio di Jakarta, Kamis (3/3/2016).

Selain bebas dari korupsi, publik juga menilai figur yang paling ideal menjadi ketua umum Golkar adalah sosok yang juga tak pernah terlibat skandal hukum. Sebanyak 20 persen publik menilai sosok tersebut ideal.

(Baca: Ini Profil 10 Calon Ketum Golkar)

Adapun sebanyak 10,4 persen publik menganggap sosok ketua umum ideal adalah yang bersedia mengundurkan diri dari jabatan sebelumnya jika terpilih menjadi ketua umum partai berlambang pohon beringin tersebut.

Hasil survei sosok ketua umum ideal ini tak jauh berbeda dengan hasil survei lainnya yaitu terkait harapan publik terhadap ketua umun terpilih. Sebagian besar publik menginginkan ketua umum terpilih Golkar nantinya tak merangkap jabatan.

"Harapan 42,9 persen publik tentang Ketua Umum terpilih Golkar adalah sebaiknya tidak merangkap jabatan," kata Hendri.

Pada urutan kedua, sebanyak 13,83 persen publik berharap ketua umum terpilih harus mengundurkan diri dari jabatannya yang lain.

Survei dilakukan terhadap 500 orang responden yang tersebar proporsional ke seluruh Indonesia. Responden merupakan pengguna telepon yang dipilih secara acak (probability sampling), menggunakan metode sampel acak sistematis.

Adapun tingkat margin of error sebesar 4,38 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Sementara itu, pengumpulan data dilakukan mulai 29 Februari hingga 1 Maret 2016 melalui telepon dan menggunakan kuisioner terstruktur.

Potensi politik uang

Menanggapi hasil survei publik yang menganggap ketua umum terpilih Golkar harus bersih dari korupsi, Koordinator Divisi Korupsi Politik Indonesia Corruption Watch (ICW) Donal Fariz melihat kontestasi pemilihan ketua umum Golkar memang berpotensi ramai dengan politik uang.

Ia melihat, Golkar merupakan partai yang memiliki banyak faksi dengan sejumlah tokoh yang potensial untuk memimpin partai. Berbeda dengan beberapa partai politik lain yang cenderuk sentralistik pada satu tokoh. Dampak negatif dari kondisi tersebut, kata Donal, adalah memunculkan kontestasi yang kuat, namun bertumpu pada politik uang.

"Kalau parpol lain ketika hanya ada satu ketokohan, kontestasi tidak terbangun di internal partai," tutur Donal.

"Ketika (kontestasi) itu terjadi, orang akan berpikir untuk memenangkannya. Salah satunya menyuap para pengurus yang punya hak suara," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kapolda Jateng Disebut Maju Pilkada, Jokowi: Dikit-dikit Ditanyakan ke Saya ...

Kapolda Jateng Disebut Maju Pilkada, Jokowi: Dikit-dikit Ditanyakan ke Saya ...

Nasional
Jokowi dan Prabowo Rapat Bareng Bahas Operasi Khusus di Papua

Jokowi dan Prabowo Rapat Bareng Bahas Operasi Khusus di Papua

Nasional
Kemenhan Ungkap Anggaran Tambahan Penanganan Papua Belum Turun

Kemenhan Ungkap Anggaran Tambahan Penanganan Papua Belum Turun

Nasional
PAN Minta Demokrat Bangun Komunikasi jika Ingin Duetkan Lagi Khofifah dan Emil Dardak

PAN Minta Demokrat Bangun Komunikasi jika Ingin Duetkan Lagi Khofifah dan Emil Dardak

Nasional
Ganjar Tanggapi Ide Presidential Club Prabowo: Bagus-bagus Saja

Ganjar Tanggapi Ide Presidential Club Prabowo: Bagus-bagus Saja

Nasional
6 Pengedar Narkoba Bermodus Paket Suku Cadang Dibekuk, 20.272 Ekstasi Disita

6 Pengedar Narkoba Bermodus Paket Suku Cadang Dibekuk, 20.272 Ekstasi Disita

Nasional
Budiman Sudjatmiko: Bisa Saja Kementerian di Era Prabowo Tetap 34, tetapi Ditambah Badan

Budiman Sudjatmiko: Bisa Saja Kementerian di Era Prabowo Tetap 34, tetapi Ditambah Badan

Nasional
PAN Ungkap Alasan Belum Rekomendasikan Duet Khofifah dan Emil Dardak pada Pilkada Jatim

PAN Ungkap Alasan Belum Rekomendasikan Duet Khofifah dan Emil Dardak pada Pilkada Jatim

Nasional
Prabowo Hendak Tambah Kementerian, Ganjar: Kalau Buat Aturan Sendiri Itu Langgar UU

Prabowo Hendak Tambah Kementerian, Ganjar: Kalau Buat Aturan Sendiri Itu Langgar UU

Nasional
Tingkatkan Pengamanan Objek Vital Nasional, Pertamina Sepakati Kerja Sama dengan Polri

Tingkatkan Pengamanan Objek Vital Nasional, Pertamina Sepakati Kerja Sama dengan Polri

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Tak Jadi Ajang 'Sapi Perah'

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Tak Jadi Ajang "Sapi Perah"

Nasional
Ganjar Deklarasi Jadi Oposisi, Budiman Sudjatmiko: Kalau Individu Bukan Oposisi, tapi Kritikus

Ganjar Deklarasi Jadi Oposisi, Budiman Sudjatmiko: Kalau Individu Bukan Oposisi, tapi Kritikus

Nasional
Telat Sidang, Hakim MK Kelakar Habis 'Maksiat': Makan, Istirahat, Shalat

Telat Sidang, Hakim MK Kelakar Habis "Maksiat": Makan, Istirahat, Shalat

Nasional
Ditanya Kans Anies-Ahok Duet pada Pilkada DKI, Ganjar: Daftar Dulu Saja

Ditanya Kans Anies-Ahok Duet pada Pilkada DKI, Ganjar: Daftar Dulu Saja

Nasional
Ke Ribuan Perwira Siswa, Sekjen Kemenhan Bahas Rekonsiliasi dan Tampilkan Foto Prabowo-Gibran

Ke Ribuan Perwira Siswa, Sekjen Kemenhan Bahas Rekonsiliasi dan Tampilkan Foto Prabowo-Gibran

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com