Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hanura Usul Menteri yang Sering Ribut Di-"reshuffle"

Kompas.com - 03/03/2016, 14:23 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Sekretaris Fraksi Hanura Dadang Rusdiana menilai, kemarahan Presiden Joko Widodo terhadap para menterinya yang berdebat di ranah publik terlambat.

Perdebatan antar-menteri bukan kali ini saja terjadi. Silang pendapat terbaru terjadi antara Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said serta Menteri Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli terkait pembangunan Blok Masela.

"Perdebatan ini, kalau dibiarkan terus, akan menggerus kewibawaan Presiden karena persoalan ini dalam kaca pandang siapa saja, termasuk masyarakat awam, seharusnya selesai di ruang rapat kabinet," kata Dadang saat dihubungi, Kamis (3/3/2016).

Dalam beberapa kesempatan, Presiden sering mengingatkan para menterinya untuk tidak berdebat di ruang publik.

Namun, peringatan itu sering kali tidak dipatuhi para menteri Kabinet Kerja.

Oleh karena itu, Dadang mengusulkan agar Jokowi mengambil langkah yang lebih tegas untuk menertibkan para menterinya.

Alasannya, jika perdebatan terus dibiarkan, hal itu tak hanya membuat kinerja tak efektif, tetapi juga menyebabkan pemerintah kehilangan fokus kerja.

"Tindakan nyata itu bisa mulai dari yang teringan, panggil keduanya atau me-reshuffle keduanya," ujarnya.

Berdasarkan catatan Kompas, setidaknya ada sejumlah silang pendapat di kabinet:

1. Proyek pembangkit listrik 35.000 MW
Beda pendapat terjadi antara Menteri ESDM Sudirman Said dan Menko Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli.

Rizal menganggap proyek tersebut tidak realistis. Rizal juga menyebut perubahan target dari 35.000 MW menjadi 16.000 MW.

Sebaliknya, Sudirman tetap optimistis bahwa proyek tersebut bisa diwujudkan.

2. Perpanjangan kontrak Freeport

Beda pendapat terjadi antara Sudirman Said dan Rizal Ramli. Sudirman menyebut pemerintah sudah merestui perpanjangan kontrak Freeport.

Sementara itu, Rizal mengatakan, perpanjangan kontrak Freeport belum dibahas.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com