Ia hanya mengetahui sebatas nama saja. Namun, Nasir yang kini sudah bertobat itu mengakui kelihaian Santoso. Kelihaiannya itu yang membuat Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri tak bisa menangkap dia.
"Kenapa Santoso sulit ditangkap? Karena dia mengenali wilayah itu (pegunungan di Poso)," ujar Nasir ketika berbincang santai dengan Kompas.com di Maarif Institute, Jakarta Selatan, Selasa (1/3/2016).
(Baca: Terduga Teroris Jaringan Santoso Digrebek Saat Kunjungi Orangtuanya)
Pegunungan di Poso layaknya hutan tropis pada umumnya, ditumbuhi pohon yang tidak terlalu tinggi serta dipenuhi semak belukar. Santoso, kata Nasir, mengenal betul tempat itu.
"Dia pasti tahu spot-spot yang bisa memantau jalur dari jarak jauh sehingga dia mengetahui jalur-jalur yang digunakan polisi atau TNI," ujar Nasir.
Akibatnya, sering terjadi tim aparat dihadang dan ditembaki. Jika sudah demikian, menurut Nasir, aparat mementingkan keselamatan personel ketimbang melanjutkan operasi itu.
"Itulah yang selama ini terjadi. Pertimbangannya, jangan sampai ada korban banyak. Tetapi, ya bukan karena takut," ujar Nasir.
Aparat tidak gagal
Meski demikian, Nasir menolak jika aparat disebut gagal. Memutuskan jalur logistik, memutuskan jalur finansial, dan menangkap satu per satu anak buah Santoso, sebut Nasir, juga harus disebut keberhasilan.
(Baca: Operasi Tinombala Targetkan Tangkap Santoso dalam Waktu 60 Hari)
"Lamanya penangkapan ini bukan berarti lemahnya aparat. Lama ini adalah bagian dari proses," ujar dia.
"Apakah sukses indikatornya hanya Santoso dipegang? Tidak. Ditangkapnya satu per satu, diputus finansial dan logistik, itu juga bagian dari sukses. Intinya membuat Santoso semakin lemah, ini juga keberhasilan," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.