Miryam mengungkapkan, dirinya mendengar Presiden Jokowi akan melakukan reshuffle.
Anggota Komisi V ini mengaku telah berkomunikasi dengan Ketua Umum DPP Partai Hanura, Wiranto, dan koalisi partai pendukung pemerintah mengenai hal itu.
Miryam meminta partai koalisi pendukung pemerintah memberi masukan pada Jokowi agar reshuffle tidak dilakukan tergesa-gesa.
Ia khawatir Jokowi melakukan reshuffle karena desakan pihak tertentu untuk mengakomodir partai Koalisi Merah Putih masuk ke dalam kabinet pemerintahan.
Miryam menolak jika Jokowi menarik anggota KMP menjadi "penumpang baru" di dalam kabinet.
Alasannya karena sikap politik partai KMP yang berseberangan saat pilpres, dan tidak terlibat mengantarkan Jokowi-Jusuf Kalla ke "Istana."
"Penumpang baru ini adalah penumpang gelap yang tidak punya tiket," ungkapnya.
Miryam menegaskan, alasan reshuffle hanya dapat diterima jika motivasinya untuk memperkuat kinerja pemerintah.
Ia menyarankan Jokowi tidak melakukan reshuffle hanya karena alasan politik karena berpotensi menimbulkan kegaduhan.
"Apabila reshuffle ini hanya karena desakan atau kepentingan kelompok tertentu, sebaiknya ditunda dulu," ujar Miryam.
Kabar mengenai akan dilakukannya reshuffle kabinet oleh Jokowi mulai terdengar.
Ada sejumlah nama menteri non parpol yang dirumorkan akan dicopot. Pencopotan itu lalu ditengarai untuk menarik figur baru yang berasal dari partai anggota KMP atau figur profesional yang diusung partai anggota KMP.
Adapun anggota KMP yang dihubungkan dengan reshuffle ini adalah PAN dan PKS karena pimpinannya sempat menemui Presiden Jokowi di Istana.