JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan Sekretaris Jenderal Partai Nasdem Patrice Rio Capella menggunakan analogi tokoh-tokoh dalam kisah Mahabharata untuk menggambarkan posisinya dalam kasus yang menjeratnya.
Rio menganalogikan dirinya sendiri sebagai Bima dan jaksa penuntut umum sebagai Widura, perdana menteri sekaligus penasihat raja.
"Widura orang yang arif dan bijaksana yang mengatakan kepada Bima agar Bima menjalani hukuman," ujar Rio saat mengajukan nota pembelaan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Senin (14/12/2015).
Rio mengatakan, dalam kisah tersebut, Bima melakukan pertikaian yang berujung dengan hukuman untuknya.
Menurut Rio, Widura menghukum Bima demi kebaikannya.
"Perdana menteri menegaskan kepada Bima, 'Kamu (Bima) dimasukkan ke tahanan agar kuat dan tertib dalam hidup. Pasti ada hikmahnya walau saya (Widura) bisa membebaskan kamu'," kata Rio.
Rio mengaku tuntutan jaksa penuntut umum, dua tahun penjara, merupakan hal terberat dalam hidupnya.
Terlebih lagi Rio masih memiliki tanggungan anak dan istri yang harus tetap dihidupi selama dia menjalani hukuman.
"Ini sesuatu yang di luar dugaan saya. Saya mungkin kuat, tetapi keluarga saya tidak kuat," kata Rio.
Rio pun meminta majelis hakim memberikan hukuman yang adil terhadapnya. Ibarat hukuman mati, kata Rio, hakim hanya perlu menembaknya dengan satu peluru sehingga akan membuatnya mati.
"Jangan dihukum dengan dua peluru, cukup satu peluru karena pasti mematikan saya," kata dia.
Terlebih lagi, kata Rio, dia telah mengajukan permohonan menjadi justice collaborator atau pelaku yang bekerja sama.
Rio menegaskan, apa yang telah dia sampaikan di muka persidangan merupakan fakta dari apa yang dia tahu dan dengar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.