Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai Mobilisasi Massa yang Mengaku Orang Pedalaman

Kompas.com - 09/12/2015, 06:58 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

MOJOKERTO, KOMPAS.com - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, mewaspadai adanya mobilisasi massa ke tempat pemungutan suara (TPS) untuk memenangkan salah satu pasangan calon kepala daerah.

KPU melakukan sejumlah cara untuk mengantisipasi kecurangan Pilkada tersebut. Komisioner Divisi Teknis Penyelenggaraan Program dan Data KPU Kabupaten Mojokerto, Afidatusholikah mengatakan, salah satu celah untuk melalukan kecurangan seperrti itu adalah dengan menggunakan surat keterangan tempat tinggal dari kepala desa.

"Berdasarkan aturan dari KPU pusat, surat keterangan tempat tinggal dari kepala desa itu bisa dipakai untuk mencoblos di TPS," ujar Afidatusholikah saat ditemui Kompas.com, Selasa (8/12/2015). (Baca: Rawan Gangguan Keamanan, Logistik Pilkada Mojokerto Baru Dikirim Besok Pagi)

Surat keterangan tempat tinggal, papar Afid, adalah surat yang diterbitkan kepala desa untuk memberikan kepastian bahwa seseorang benar-benar sudah tinggal lama dan menetap di wilayah Mojokerto namun karena satu dan lain hal, orang itu belum memiliki kartu identitas.

Kelompok ini biasanya warga suku pedalaman. Afid mengakui, celah ini dapat dimanfaatkan orang-orang tak bertanggungjawab.

Oleh sebab itu, KPU Kabupaten Mojokerto telah mewanti-wanti Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) untuk berkoordinasi terlebih dulu dengan kepala desa demi mengetahui jumlah pasti warga yang diberikan surat keterangan tempat tinggal.

"Kami juga sudah minta kepala desa untuk jangan serta merta mengeluarkan surat ini jika tidak pasti bahwa dia benar-benar warga Mojokerto dan tidak memiliki identitas lain," ujar Afid.

KPU Mojokerto khawatir, saat pencoblosan, jumlah pemilih yang datang ke TPS bermodal surat keterangan tempat tinggal ini tiba-tiba membeludak.

Meskipun, diakui Afid, jumlah warga yang memilih dengan surat keterangan tempat tinggal ini tidak terlalu besar jumlahnya. (Baca: Bukan Ricuh yang Ditakutkan di Pilkada Mojokerto, melainkan Ini...)

Pilkada di Mojokerto ini dianggap salah satu yang rawan gangguan keamanan. Hal ini dikarenakan adanya salah satu dari tiga pasangan calon kepala daerah Kabupaten Mojokerto yang dicoret Komisi Pemilihan Umum karena tidak memenuhi syarat.

Pasangan tersebut, yakni Choirun Nisa-Arifudinsjah memiliki massa pendukung yang besar. Suami Choirun Nisa adalah pimpinan salah satu ormas Islam terbesar di Mojokerto.

Pasangan ini juga terdata mempunyai basis suara yang besar di dua kecamatan di Mojokerto. (Baca: Kapolri: Ada yang Bikin Rusuh di Pilkada Mojokerto, Kami Sikat...)

Pilkada di Mojokerto sendiri hanya diikuti dua pasangan calon, yakni Mustofa Kamal Pasa-Pungkasiadi dan Misnan Gatot-Rahma Shofiana.

Mereka memperebutkan 808.207 pemilih yang berada di 304 desa atau 1.717 TPS.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Helikopter Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh, Pemerintah RI Ucapkan Keprihatian

Helikopter Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh, Pemerintah RI Ucapkan Keprihatian

Nasional
Mulai Safari Kebangsaan, Tiga Pimpinan MPR Temui Try Sutrisno

Mulai Safari Kebangsaan, Tiga Pimpinan MPR Temui Try Sutrisno

Nasional
Memulihkan Demokrasi yang Sakit

Memulihkan Demokrasi yang Sakit

Nasional
Jokowi Wanti-wanti Kekurangan Air Perlambat Pertumbuhan Ekonomi hingga 6 Persen

Jokowi Wanti-wanti Kekurangan Air Perlambat Pertumbuhan Ekonomi hingga 6 Persen

Nasional
Keberhasilan Pertamina Kelola Blok Migas Raksasa, Simbol Kebangkitan untuk Kedaulatan Energi Nasional

Keberhasilan Pertamina Kelola Blok Migas Raksasa, Simbol Kebangkitan untuk Kedaulatan Energi Nasional

Nasional
Momen Jokowi Sambut para Pemimpin Delegasi di KTT World Water Forum

Momen Jokowi Sambut para Pemimpin Delegasi di KTT World Water Forum

Nasional
Buka WWF Ke-10 di Bali, Jokowi Singgung 500 Juta Petani Kecil Rentan Kekeringan

Buka WWF Ke-10 di Bali, Jokowi Singgung 500 Juta Petani Kecil Rentan Kekeringan

Nasional
Klarifikasi Harta, KPK Panggil Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta

Klarifikasi Harta, KPK Panggil Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta

Nasional
Kematian Janggal Lettu Eko, Keluarga Surati Panglima TNI hingga Jokowi, Minta Otopsi dan Penyelidikan

Kematian Janggal Lettu Eko, Keluarga Surati Panglima TNI hingga Jokowi, Minta Otopsi dan Penyelidikan

Nasional
Presiden Joko Widodo Perkenalkan Presiden Terpilih Prabowo Subianto di Hadapan Tamu Internasional WWF Ke-10

Presiden Joko Widodo Perkenalkan Presiden Terpilih Prabowo Subianto di Hadapan Tamu Internasional WWF Ke-10

Nasional
Hadiri Makan Malam WWF Ke-10, Puan Disambut Hangat Jokowi sebagai Penyelenggara

Hadiri Makan Malam WWF Ke-10, Puan Disambut Hangat Jokowi sebagai Penyelenggara

Nasional
Harkitnas 2024, Jokowi: Mari Bersama Bangkitkan Nasionalisme

Harkitnas 2024, Jokowi: Mari Bersama Bangkitkan Nasionalisme

Nasional
Revisi UU Penyiaran: Demokrasi di Ujung Tanduk

Revisi UU Penyiaran: Demokrasi di Ujung Tanduk

Nasional
Gugat KPK, Sekjen DPR Protes Penyitaan Tas 'Montblanc' Isi Uang Tunai dan Sepeda 'Yeti'

Gugat KPK, Sekjen DPR Protes Penyitaan Tas "Montblanc" Isi Uang Tunai dan Sepeda "Yeti"

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan SYL, KPK Hadirkan Dirjen Perkebunan Kementan Jadi Saksi

Bongkar Dugaan Pemerasan SYL, KPK Hadirkan Dirjen Perkebunan Kementan Jadi Saksi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com