Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
ADVERTORIAL

Akhir Tahun, MPR Perbaiki Praktik Konstitusi untuk Kurangi Korupsi

Kompas.com - 07/12/2015, 14:54 WIB
advertorial

Penulis

Di penghujung tahun 2015, MPR RI lakukan refleksi pelaksanaan konstitusi dalam Simposium Kebangsaan "Refleksi Nasional Praktek Konstitusi dan Ketatanegaraan Pasca Reformasi". Ketua MPR RI Zulkifli Hasan mengatakan pada simposium ini, MPR beserta pakar hukum tata negara dan administrasi negara melihat apakah perlu ada perbaikan dalam implementasi konstitusi.

“Kita lihat apakah (pelaksanaan konstitusi) sudah sempurna ataukah sudah sinkron, ataukah perlu ada perbaikan-perbaikan dalam implementasinya. Akan kita kumpulkan para pakar, para stakeholder yang ada di republik ini,” ujar Zulkifli usai pembukaan dalam Simposium Kebangsaan di Gedung Nusantara IV Kompleks Gedung Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (7/12/2015).

Zulkifli juga mengatakan perbaikan praktik konstitusi dilakukan untuk mengurangi risiko korupsi dan perbuatan-perbuatan yang melanggar aturan. Apalagi, waktunya berdekatan dengan Pilkada Serentak yang akan diselenggarakan 9 Desember 2015 mendatang. Menurut Zulkifli, perlu dikaji apakah pemilihan pimpinan daerah dengan model seperti itu sudah tepat atau belum.

Modal politik saat ini tergolong mahal. Setiap kandidat perlu mengeluarkan ongkos besar untuk menuju kursi pimpinan daerah. Kondisi tersebut, menurut Zulkifli, rawan menimbulkan praktik korupsi dalam pelaksanaannya pemilihan kepala daerah.

“Tentu pemberantasan korupsi akan sulit kalau ongkos untuk menjadi bupati, walikota, atau gubernur sangat mahal. Akhirnya kandidat-kandidat mencari pemodal. Nanti kalau pemodal masuk, akhirnya akan main proyek,” tutur Zulkifli.

Upaya memperbaiki implementasi korupsi melalui Simposium Kebangsaan ini melibatkan pikiran semua masyarakat.

“Darimana pun berasal, dari berbagai latar belakang kami tampung,” ucap Zulkifli. Ditanya soal apakah MPR akan mengamandemen Undang-undang, Zulkifli menyatakan MPR akan menunggu.

“MPR kan lembaga tempat menampung pikiran seluruh masyarakat. Nanti dari simposium ini akan muncul pikiran-pikiran. Di situlah nanti masuk lembaga pengkajian dan badan pengkajian untuk dikaji seperti apa fakta-faktanya di lapangan,” ujar ia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com