Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
ADVERTORIAL

Kuatkan KPK dan Selalu Berantas Korupsi di Indonesia

Kompas.com - 03/12/2015, 14:43 WIB
advertorial

Penulis

Tidak dapat dipungkiri, masalah korupsi di Indonesia memang tiada habisnya. Bahkan di akhir tahun ini, masyarakat harus disuguhkan drama korupsi yang melibatkan petinggi negeri. Lalu sampai kapan Indonesia dapat menghilangkan korupsi yang seakan sudah menjadi budaya ini?

Untuk itulah Komisi Pemberantasan korupsi (KPK) menyelenggarakan Konferensi Nasional Pemberantasan Korupsi (KNPK) 2015 pada Rabu, (3/12/2015) di Gedung Nusantara V, Komplek Gedung MPR/DPR/DPD, Senayan, Jakarta. Konferensi dengan tema Evaluasi dan Konsolidasi Seluruh Elemen Bangsa Dalam Rangka Memberantas Korupsi ini didukung penuh oleh MPR RI sebagai dewan tertinggi perwakilan rakyat Indonesia.

Acara ini sendiri bertujuan untuk mencegah dan menghentikan upaya-upaya korupsi. Dalam KNPK 2015 ini diharapkan dapat mencapai strategi nasional untuk memberantas korupsi. Dengan begitu, bangsa Indonesia dapat merasakan kemakmuran negeri dengan adil.

Konferensi yang sudah diadakan sepuluh kali ini dibuka oleh Wakil Presiden RI Jusuf Kalla yang didampingi oleh Ketua MPR RI Zulkifli Hasan dan Ketua KPK Taufiequrahman Ruki.

Sebagai Ketua MPR RI, Zulkifli Hasan berharap dapat membantu dan memperkuat KPK dalam upaya pemberantasan korupsi. “Acara ini sangat penting. Saya dari dulu bersama-sama dengan KPK merintis acara ini pada tahun 2010. Saya aktif terus,” ujar Zulkifli hasan ketika ditemui saat mendampingi Wakil Presiden membuka KNPK.

Acara ini juga dihadiri oleh Ketua DPD Irman Gusman, Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti, dan sejumlah menteri di jajaran Kabinet Kerja.

"Kita semalam dipertontonkan di Kompleks DPR suatu upaya sekelompok orang, pejabat, pengusaha untuk mencoba merugikan negara sangat besar. Tragis juga bangsa ini. Malam kita terbuka dengarkan upaya korupsi, pagi ini kita coba bicara bagaimana menghentikan,” ujar Jusuf Kalla saat membuka KNPK. Hal tersebut berkaitan dengan kasus Ketua DPR Setya Novanto dengan PT. Freeport Indonesia.

Menurutnya ada dua alasan mengapa korupsi dapat terjadi, yaitu sistem pemerintahan dan keserakahan. Sistem pemerintahan yang membuat kekuasaan semakin luas, anggaran yang mudah dimanipulasi akan membuat korupsi semakin tinggi. Dan keserakahan ialah kembali kepada pribadi orang tersebut.

“Saya yakin orang-orang yang disebut dalam pembicaraan tersebut pastilah orang-orang yang bisa hidup dan makan-makan sehari-hari. Tetapi karena keserakahan yang membuat itu terjadi,” katanya.

Upaya yang dilakukan untuk memberantas korupsi ialah memperbaiki gaya hidup, batasan-batasan, kewenangan, moral, keimanan. Sistem keterbukaan dan akuntabilitas juga harus dicapai untuk membantu pencegahan terjadinya korupsi. (Adv)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Demokrat Anggap SBY dan Jokowi Dukung “Presidential Club”, tetapi Megawati Butuh Pendekatan

Demokrat Anggap SBY dan Jokowi Dukung “Presidential Club”, tetapi Megawati Butuh Pendekatan

Nasional
Demokrat Bilang SBY Sambut Baik Ide “Presidential Club” Prabowo

Demokrat Bilang SBY Sambut Baik Ide “Presidential Club” Prabowo

Nasional
Jokowi Kembali Ingatkan Agar Anggaran Habis Dipakai Rapat dan Studi Banding

Jokowi Kembali Ingatkan Agar Anggaran Habis Dipakai Rapat dan Studi Banding

Nasional
Jaksa Ungkap Ayah Gus Muhdlor Hubungkan Terdakwa dengan Hakim Agung Gazalba lewat Pengacara

Jaksa Ungkap Ayah Gus Muhdlor Hubungkan Terdakwa dengan Hakim Agung Gazalba lewat Pengacara

Nasional
Disebut PAN Calon Menteri Prabowo, Eko Patrio Miliki Harta Kekayaan Rp 131 Miliar

Disebut PAN Calon Menteri Prabowo, Eko Patrio Miliki Harta Kekayaan Rp 131 Miliar

Nasional
Termohon Salah Baca Jawaban Perkara, Hakim MK: Kemarin Kalah Badminton Ada Pengaruhnya

Termohon Salah Baca Jawaban Perkara, Hakim MK: Kemarin Kalah Badminton Ada Pengaruhnya

Nasional
Suhu Udara Panas, BMKG: Indonesia Tak Terdampak 'Heatwave'

Suhu Udara Panas, BMKG: Indonesia Tak Terdampak "Heatwave"

Nasional
Jumlah Dokter Spesialis Indonesia Kecil Dibanding Negara ASEAN, Jokowi: Masuk 3 Besar Tapi dari Bawah

Jumlah Dokter Spesialis Indonesia Kecil Dibanding Negara ASEAN, Jokowi: Masuk 3 Besar Tapi dari Bawah

Nasional
Jokowi Sebut Minimnya Dokter Spesialis Kerap Jadi Keluhan Warga

Jokowi Sebut Minimnya Dokter Spesialis Kerap Jadi Keluhan Warga

Nasional
Bappenas Integrasikan Rencana Pemerintah dengan Program Kerja Prabowo

Bappenas Integrasikan Rencana Pemerintah dengan Program Kerja Prabowo

Nasional
BMKG Sebut Udara Terasa Lebih Gerah karena Peralihan Musim

BMKG Sebut Udara Terasa Lebih Gerah karena Peralihan Musim

Nasional
Disebut Sewa Influencer untuk Jadi Buzzer, Bea Cukai Berikan Tanggapan

Disebut Sewa Influencer untuk Jadi Buzzer, Bea Cukai Berikan Tanggapan

Nasional
Profil Eko Patrio yang Disebut Calon Menteri, Karier Moncer di Politik dan Bisnis Dunia Hiburan

Profil Eko Patrio yang Disebut Calon Menteri, Karier Moncer di Politik dan Bisnis Dunia Hiburan

Nasional
PDI-P Bukan Koalisi, Gibran Dinilai Tak Tepat Konsultasi soal Kabinet ke Megawati

PDI-P Bukan Koalisi, Gibran Dinilai Tak Tepat Konsultasi soal Kabinet ke Megawati

Nasional
Jokowi Resmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

Jokowi Resmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com